Find Us On Social Media :

(Foto) Mengenang Tragedi Bintaro: Catatan Hitam dalam Sejarah Kereta Api

By Adrie Saputra, Jumat, 19 Oktober 2018 | 17:45 WIB

Intisari-Online.com - Hari ini tepat 31 tahun silam, pada 19 Oktober 1987 terjadi musibah kecelakaan kereta api terburuk dalam sejarah perkereta-apian Indonesia.

Pada saat itu, rangkaian Kereta Api (KA) 225 Merak bertabrakan dengan Kereta Api (KA) 220 Rangkas di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.

Sebanyak 156 orang meninggal dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Selanjutnya musibah ini lebih dikenal dengan sebutan Tragedi Bintaro.

Banyak perdebatan mengenai siapa yang paling bertanggung jawab atas peristiwa kecelakaan ini.

Baca Juga : 31 Tahun Tragedi Bintaro, Saat Kelalaian Petugas Kereta Api Sebabkan Ratusan Orang Kehilangan Nyawa

Dikutip dari kompas.com, dalam berita berjudul Mengenang Tragedi Bintaro, Catatan Hitam dalam Sejarah Kereta Api, disebutkan bahwa sebuah perjalanan kereta api, pemegang kendali perjalanan tak hanya berada di tangan masinis.

Ada beberapa pihak ikut andil dalam menentukan apakah kereta ini bisa berangkat ataupun tidak.

Harian Kompas edisi 20 Oktober 1987 menjelaskan bahwa yang menentukan boleh tidaknya KA berangkat bukanlah masinis. Ada seseorang yang berada di luar lokomotif yang memiliki kewenangan.

Ketika kereta itu melintasi antar-stasiun, hak penuh berada di Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) yang memakai pet merah. Sedangkan di dalam stasiun, terdapat pula juru langsir yang mengatur rambu kereta.

Baca Juga : Haramain, Kereta Cepat Penghubung Dua Kota Suci yang Baru Saja Diresmikan Raja Salman

Ketika mau jalan, PPKA tak bisa semaunya memberangkatkan kereta. Dia harus berkoordinasi dengan dua atau tiga stasiun berikutnya untuk mengetahui jalur yang akan dilewati itu aman atau tidak.

Peristiwa yang terjadi di Bintaro merupakan sebuah kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian petugas.