Find Us On Social Media :

Meski Hidup Sebatang Kara, Budi Pilih Berjualan Tisu dari Kursi Roda Dibanding Harus Mengemis

By Intisari Online, Sabtu, 13 Oktober 2018 | 10:00 WIB

Ia biasa mengambil tisu di agen kemudian menjualnya dari jam 09.00 sampai jam 18.00.

Kursi roda dititipkannya di Pasar Mayestik dengan biaya Rp 5.000 per hari. Ia berangkat dan pulang menggunakan ojek online setiap hari.

Baca Juga : Merasa Tak Punya Pilihan Lain, Seorang Ibu Perlakukan Anaknya yang Disabilitas Seperti 'Binatang'

Sebatang kara

Sebelum mengontrak sebuah kamar di bilangan Gandaria, Jakarta Selatan dengan tarif Rp 650.000 sebulannya, Budi tinggal bersama ibu dan bapaknya di Jakarta.

Anak ketiga dari empat bersaudara itu hanya tidur di rumah, diasuh oleh ibunya karena tak bisa beraktivitas layaknya kakak dan adiknya yang terlahir normal.

Namun, setelah ibunya meninggal dunia, Budi tak ingin menambah beban ayahnya. Ayahnya yang berusia 70 tahun itu kemudian kembali ke kampung mereka di Pemalang, Jawa Tengah.

Sementara itu, saudaranya sudah berkeluarga dan enggan menampung Budi.

"Dulu pernah hidup bareng, aku ikut sama dia (kakak dan adiknya). (Tapi mereka bilang) 'Kalau saya diikutin kamu, nanti hidup saya bagaimana, tambah susah. Mereka enggak mau disusahin," kata Budi.

Ia sempat merasakan tinggal di panti selama tujuh bulan karena tertangkap ketika mengemis dulu.

Sayangnya, ia tak nyaman hidup di panti. "Penginnya ya tinggal sendiri, cari uang sendiri, namanya tuntutan hidup," kata Budi.

Meski dikucilkan saudara-saudaranya, Budi tetap merindukan mereka. Dengan hidup yang terbatas, Budi masih bisa menolong saudara-saudaranya yang kesusahan uang.