Penulis
Intisari-Online.com – Bahasa Inggris yang payah bisa membawa bencana di udara. Ini menurut sekelompok pakar penerbangan dan bahasa dari Inggris, Prancis dan Australia.
Sebuah tim yang dibentuk oleh Cambridge University mengatakan bahwa meskipun bahasa Inggris sudah diterima sebagai bahasa mternasional di udara, pemakaiannya kacau, karena:
Tingkat kemampuan bahasa Inggris para pengatur lalu -lintas udara dan pilot berbeda-beda. Ada yang cukup tinggi, ada pula yang amat rendah
Percakapan sering menyeleweng dari istilah dan kalimat standar (yang sudah ditentukan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional).
Baca Juga : Gara-gara Lihat Video Kevin Sanjaya, Pebulu Tangkis Macau ini Sampai Belajar Bahasa Indonesia
Mereka sering bercakap-cakap dengan idiom dan istilah-istilah yang maknanya bisa disalahtafsirkan, sehingga terjadi kecelakaan udara.
Ada pengatur lalu-lintas udara dan awak pesawat yang pengetahuan bahasa Inggrisnya terbatas pada kalimat-kalimat rutin. Pada saat kritis, ia "lari" ke bahasanya sendiri.
Organisasi penerbangan mendukung pernyataan itu dan ikut-ikutan menyatakan prihatin.
Bahkan menurut Federasi Internasional Asosiasi Pilot Penerbangan Komersial, pengatur lalu-lintas udara di Spanyol menggunakan bahasa Spanyol kepada penerbang-penerbang lokal.
Baca Juga : Debat Pilpres Pakai Bahasa Inggris: Ini Peringkat Orang Indonesia Terkait Kemampuan Bahasa Inggris
Dalam bahasa mereka, ada dua kata yang terdengar amat mirip: "tunggu" (espere) dan "lepas landas" (despegue).
Bahasa Spanyol juga banyak dipakai di Amerika Latin. Sedangkan negara-negara di Afrika umumnya tidak menyediakan fasilitas pengatur lalu-lintas udara.
Akibatnya, pilot-pilot saling berkomunikasi langsung untuk menjaga posisi pesawatnya masing-masing.
Pilot-pilot yang berbahasa ibu bahasa Inggris pun sering membingungkan orang.
Baca Juga : Berusaha Selamatkan Banyak Orang, Guru Bahasa Inggris Ini Tewas Terbakar
Pilot-pilot bangsa lain sering mengeluh, karena pengatur lalu-lintas udara di AS gemar berbicara dalam bahasa penerbangan yang sangat "Amerika", sehingga orang bukan Amerika kurang paham.
Salah satu korban penggunaan istilah yang membingungkan ialah DC-9 Yugoslavia yang menubruk gunung pada tahun 1981, sehingga menewaskan 178 orang.
Jadi Ed Johnson dari unit komunikasi di Wolfson College, Cambridge, mengusulkan agar percakapan selama penerbangan dianalisis dengan komputer untuk memperoleh suatu perbendaharaan kata-kata yang umum dipakai di udara, di luar istilah dan kalimat standar.
Perbendaharaan kata-kata itu akan berguna untuk menolong pilot atau pengatur lalu-lintas di saat-saat kritis. (Intisari Oktober 1989)
Baca Juga : Keterbatasan Bukan Halangan! Dari Sukabumi Engkus Jadi Tutor Bahasa Inggris Ribuan Orang