Find Us On Social Media :

Detasemen Gegana Polda Metro Jaya: Sang Penjaga Ibu Kota dari Serangan Bom

By Ade Sulaeman, Kamis, 11 Oktober 2018 | 14:45 WIB

Intisari-Online.com - Dari serangan bom di Hotel JW Marriot tahun 2003 hingga serangan teror di pos polisi Sarinah beberapa waktu lalu, menjadikan satuan Gegana Brimob Polda Metro Jaya (PMJ) tidak bisa tidak harus dalam kondisi siaga penuh.

Itu baru bicara Jakarta, padahal satuan ini harus mengamankan kawasan penyangga ibu kota juga seperti Tangerang dan Bekasi.

Seperti saat Commando bertandang ke markas Gegana PMJ beberapa waktu lalu. Saat itu seluruh anggota yang berstatus on duty dilarang meninggalkan asrama. Kegiatan latihan yang disebar di kawasan Senayan untuk latihan menembak dan di Cikarang untuk latihan penyerbuan, untuk sementara ditiadakan.

Anggota hanya melakoni latihan menembak kering, penanganan huru-hara, dan latihan kemampuan lainnya di dalam area markas. "Kami sedang berstatus siaga penuh, tidak ada yang bisa keluar markas," ujar Komisaris Polisi Jerrold Kumontoy, Kepala Detasemen Gegana PMJ.

Baca Juga : Korps Brimob, Polisi Spesial yang Selalu Terdepan di Setiap Konflik dan Siap Menjadi Tameng Aksi Terorisme

Sebagai catatan tambahan, di kesempatan itu Kompol Jerrold sempat berujar bahwa target teror saat ini agak bergeser.

Jika awalnya kelompok-kelompok teroris menjadikan tempat berbau Amerika Serikat sebagai sasaran utama, maka saat ini target mereka justru mengarah ke pemerintah, TNI serta Polri yang dipercaya harus diperangi.

Ia mengatakan itu tak lebih satu bulan dari serangan teror di pos polisi Sarinah yang menawaskan empat orang, termasuk si eksekutor teror.

Selain teror yang menyangkutpautkan dengan agama seperti selama ini dilakukan, aksi teror yang ada di wilayah Jabodetabek saat ini juga semakin berkembang. Ingat teror bom di beberapa pusat perbelanjaan di Tangerang tahun 2015 lalu?

Baca Juga : Amankan Mudik Lebaran Sekaligus Cegah Aksi Terorisme, Polri Kembali Turunkan Sniper dari Satuan Brimob

Itu contoh kecil bahwa individu yang tidak bergabung dengan kelompok teror manapun sekarang ini juga mampu melakukan aksi teror dengan alasan pribadi. Sebabnya, tiap orang dapat dengan mudah mendapatkan bahan peledak dan juga dengan mudahnya mendapatkan tutorial membuat sebuah bom.

Personel terbatas, wilayah luas, lahan kecil

Menurut Kompol Jerrold, itulah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi satuannya dalam menggawangi Jabotabek dengan terus berkembangnya latar belakang teror dan teroris itu sendiri. Ia menceritakan bahwa sejatinya tiap bom itu memiliki karakternya sendiri-sendiri.