Dibayangi Ancaman Sanksi AS, India Tetap Tandatangani Kesepakatan Militer dengan Rusia Senilai Rp75 Triliun

Adrie Saputra

Penulis

India menandatangani kesepakatan senilai US $ 5 miliar (Rp75,7 triliun) untuk membeli lima sistem pertahanan udara S-400 Rusia pada Jumat (5/10).

Intisari-Online.com - Melalui Undang-undang AS yang disahkan pada Agustus 2017, AS menghukum Rusia karena dugaan campur tangan pada pemilu AS tahun 2016.

Hukuman itu menegaskan bahwa negara-negara yang bekerja sama dengan Rusia seperti dalam bidang pertahanan akan mendapat sanksi dari AS.

China telah dikenai sanksi tersebut atas pembelian persenjataan dari Rusia.

Saat ini, India menandatangani kesepakatan senilai 5 miliar dolar AS (Rp75,7triliun) untuk membeli lima sistem pertahanan udara S-400 Rusia pada Jumat (5/10).

Baca Juga : Jika India Jadi Beli Rudal S-400 dari Rusia, Amerika Mengancam Akan Memberikan Sanksi

India seolah mengabaikan ancaman AS terhadap negara-negara yang bekerjasama dengan sektor pertahanan dan intelijen Rusia.

Kesepakatan itu ditandatangani di New Delhi selama kunjungan Vladimir Putin, yang bertemu PM India Narendra Modi untuk membahas energi nuklir, eksplorasi ruang angkasa dan perdagangan.

AS juga memberi sanksi pada China bulan lalu karena membeli sistem rudal darat-ke-udara dan jet tempur Rusia.

Jika AS memberlakukan sanksi terhadap India, tidak jelas bagaimana India dapat membayar Rusia untuk peralatan militer, karena undang-undang melarang transaksi keuangan dalam denominasi dolar.

Baca Juga : Tinggal di Dalam Gua, Pria Ini Berhasil Merayu Banyak Turis Cantik untuk Datang ke Rumahnya, Kok Bisa?

Vladimir Sotnikov, pakar urusan luar negeri di sebuah lembaga penelitian independen di Moskow yakin India dapat melakukan pembayaran dengan kombinasi rupee dan dolar untuk mencoba menghindari sanksi.

Sotnikov berkata bahwa India tidak akan menyerah pada tekanan AS atas pembelian persenjataan dari Rusia.

India memiliki kebijakan yang sangat canggih untuk memisahkan hubungan antara India dengan AS dan India dengan Federasi Rusia.

India juga sedang dalam posisi negosiasi yang baik saat ini, tambahnya.

Baca Juga : [Video] Mempercayakan Monyet untuk Memegang Kemudi Bus, Nasib Sopir Ini Berakhir Malang

Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintahan Trump mendesak semua sekutu dan mitra AS untuk membatalkan transaksi dengan Rusia.

Jika tidak, transaksi tersebut akan memicu sanksi di bawah undang-undang, yang dikenal dengan CAATSA.

Kementerian luar negeri dan kementerian pertahanan India membenarkan bahwa perjanjian itu ditandatangani setelah Putin dan Modi tidak menyebutkannya saat konferensi menyusul pembicaraan mereka.

Sebuah pernyataan bersama sepanjang 11 halaman hanya menyebutkan, kedua belah pihak menyambut baik kesimpulan kontrak.

Baca Juga : Nadia Murad, Mantan Budak ISIS: Diperlakukan Sebagai 'Binatang' karena Masih Perawan

Kesepakatan itu mungkin akan meningkatkan hubungan erat antara India dan Rusia setelah perang dingin.

Namun, hal itu juga cenderung membebani hubungan India dengan AS.

Menurut lembaga penelitian Gateway House, India adalah importir perlengkapan militer terbesar di dunia.

India telah bergantung pada Rusia untuk dukungan politik serta miliaran dolar perangkat keras militer.

Hampir 70 persen dari peralatan India saat ini diperoleh dari Rusia, menurut Kementerian Pertahanan India.

Akuisisi sistem rudal jarak jauh S-400 India telah dianggap penting untuk melawan ancaman yang dirasakan dari China.

Pensiunan angkatan udara India Marsekal Udara Nirdosh Tyagi mengatakan bahwa senjata tersebut memiliki kemampuan untuk menghancurkan target jarak jauh dan itu sangat penting.

India juga mengembangkan hubungan pertahanan yang lebih erat dengan AS dalam beberapa tahun terakhir dengan melakukan latihan militer bersama.

India telah menandatangani lebih dari US$ 15 miliar (Rp227,2triliun) dalam kontrak pertahanan AS sejak 2008, termasuk pesawat angkut C-130J dan C-17,pesawat patroli maritim P-8I, rudal Harpoonserta helikopter Apache dan Chinook.

Baca Juga : Ketika Jutaan Orang Meninggal Karena Kelaparan dan Pembunuhan dalam Peritiwa Holodomor

Artikel Terkait