Siapa Sebenarnya Raja Hutan Itu, Gajah, Harimau, Atau Manusia?

Adrie Saputra

Penulis

Selama ini julukan raja hutan selalu tertuju pada harimau. Tapi, di habitat gajah, ternyata sulit ditemukan tanda kehidupan harimau.

Intisari-Online.com – Selama ini julukan si raja rimba selalu tertuju pada harimau. Ketika berada di kawasan hutan, kita selalu khawatir bila sampai bertemu dengan-jejak-jejak yang ditinggalkan harimau.

Apalagi kalau terdengar auman satwa berkulit loreng yang tinggal sedikit populasinya ini. Kita akan membayangkan betapa buasnya satwa ini.

Kuku-kukunya yang sangat kuat akan merobek kulit kita, dan gigi-giginya yang tajam akan mencabik-cabik otot kita.

Namun, di kawasan yang merupakan habitat gajah, ternyata sangat sulit ditemukan tanda-tanda kehidupan harimau.

Baca Juga : Hanya Tinggal Kulit dan Tulang! Inilah Foto-foto Memilukan Raja Hutan yang Kurus Sebelum Ia Mati Kelaparan

Cuma sesekali bisa ditemukan jejaknya. Aumannya pun tak pernah terdengar. Ini terasa ketika kami melakukan studi di Taman Nasional Bukit Barisan.

Sementara gajah sendiri ternyata segera menghindar ketika tahu ada manusia berada di sekitarnya.

Ketika kami amati, pada awalnya mereka masih menimbang-nimbang tingkat gangguan dari manusia yang diketahuinya.

Gajah betina dewasa dengan cuek-nya melilitkan belalainya pada tanaman merambat yang segar dan muda di tepi sungai.

Baca Juga : Kisah Sang Raja Hutan yang Bertahan dari Ambang Kematiannya, Begini Reaksinya Setelah Memperoleh Kebebasan

Sebagian rombongan lainnya masih tertinggal di belakangnya. Sesaat kemudian rombongannya, yang terdiri atas gajah jantan, betina, besar maupun kecil, bermunculan.

Namun, ketika kami bergeser mendekatinya agar bisa melihat pemandangan menakjubkan itu dengan lebih jelas, mereka segera mengundurkan diri, mengamankan anak-anak mereka ke dalam kerapatan hutan.

Padahal kami sendiri takutnya luar biasa bila mengetahui ada tanda-tanda kehadiran binatang bertubuh besar ini.

Bahkan rasa takut itu bisa mengalahkan akal sehat manusia. Suara gesekan gajah di antara pepohonan sudah membuat kami mundur teratur.

Baca Juga : Kisah si Raja Hutan

Suara lolongan di kejauhan membuat kami memberlakukan kondisi siaga, tergantung jauh-dekatnya.

Jarak 100 m sudah cukup untuk dimasukkan pada kondisi siaga 1; bersiap-siap untuk segera menyelamatkan diri tanpa meninggalkan barang-barang penelitian.

Memang tubuh gajah jauh lebih besar ketimbang manusia. Tubuh yang besar itu mencerminkan pula kekuatannya.

Hanya saja, nyali mereka boleh dikatakan ciut ketika melihat makhluk yang tingkatannya lebih tinggi, manusia.

Begitu pula sebaliknya, manusia takut pada gajah dan harimau. Harimau pun sangat sulit ditemukan di habitat gajah.

Sementara gajah sendiri segera kabur begitu melihat keberadaan manusia di sekitarnya.

Jadi siapa sebenarnya si raja hutan? Gajah, harimau, atau manusia? (Nurul Winarni – Intisari Oktober 2000)

Baca Juga : Meski Beda Spesies, Anjing Betina Ini Merawat dan Menyusui Anak Singa, Harimau dan Hyena

Artikel Terkait