Penulis
Intisari-Online.com - Rusia memiliki pasukan penerjun payung terbesar di dunia.
Pasukan ini bernamaVozdushno-Desantnye Voyska (pasukan udara atau VDV) yang merupakan pasukan penyerang ekspedisi Rusia.
VDVmemimpin invansi ke Afghanistan pada 1979 dan Crimea di 2014.
Pasukanini terlatih dengan baik dan dilengkapi dengan kendaraan lapis baja udara (untukpergerakan terjun payung dan senjata di darat).
Baca Juga : Pesawatnya Ditembak Jatuh Israel, Rusia Langsung Gelontorkan Sistem Pertahanan Udara Tercanggih untuk Suriah
Seorangpengamat Rusia, yang mengusulkan pasukan udara Rusia untukmembentuk cabang terpisah dari militer Rusia, mengatakan pasukan udara Rusia terlalu kuat secara politis untuk dipisah.
Yang menarik, komentar itu muncul di koran pro-pemerintahIzvestia.
"Saat, dua pasukan udara dan dua divisi serangan udara, empatunitserangan udara, satu unit serangan Spetnaz terpisah, dan sejumlah unit dukungan dan pelatihan ada dalamsatu atap Pasukan Udara Rusia," tulis Ilya Kramnik.
Belum lagi, angkatan udara Rusia saat ini memiliki sekitar 120 pesawat angkut Il-76, setara dengan transport C-17 Angkatan Udara AS.
Baca Juga : Bencana Kosmik: Bumi Bisa Menyusut Hingga Seukuran Lapangan Sepak Bola
Kramnik menulis, "Mari kita ingat bahwa 45 pesawat yang terlibat dalam latihan militer baru-baru ini, hanya cukup untuk paradrop (terjun payung) kurang dari satudivisiVDV, termasuk dua batalion dengan kendaraan lapis baja."
"Jadi, seluruh armada pesawatIl-76 yang tersedia hanya cukup untuk terjun payung tidak lebih dari duadivisi dengan standar satu set senjata dan peralatan militer."
Dengan kata lain, meskipun mempertahankan angkatan udara divisi ganda, Rusia hanya punya kapasitas untuk menerjunkan kurang dari satu divisi pada satu waktu.
Masalah ini bahkan diakui pada masa Uni Soviet.
Kramnik menulis, "Tidak mungkin mengubah situasidengan adanya kekurangan pesawat terbang untuk kepentingan VDV berdasarkan klasifikasi utama di masa mendatang.
Ini akan membutuhkan peningkatan ganda untuk kekuatan transportasi udara militer.
Dia menambahkan bahwa hal ini menimbulkan pertanyaan yang pasti berkenaan dengan efektivitas pengeluaran sumber anggaran, sementara dengan mempertimbangkan tinggi biaya peralatan parasut khusus dan pelatihan lompatan personil.
Baca Juga : Tinggal Berjarak 45 Meter dari Kapal Perusak China di Laut China Selatan, Kapal Perusak AS Pilih 'Mengalah'