Gempa Donggala Sulteng: Riwayat Tsunami di Sulawesi Tengah Dianggap Dongeng Semata oleh Sebagian Warga

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Survei Litbang Kompas menemukan, 63 responden di Kota Palu tidak tahu bahwa daerah mereka rawan bencana.

Intisari-Online.com -Gempa berkekuatan 7,4 SR melanda Kabupaten Dongala, Sulawesi Tengah, Jumat (29/9) malam.

Walaupun berpusat di Dongala, hampir seluruh wilayah Sulteng merasakannya.

Gempa juga memicu tsunami setinggi lebih kurang 1-2 meter yang menghantam wilayah Palu, Dongala, dan Mamuju.

Baca Juga : Gempa Donggala Sulteng: Benarkah Hewan Mampu Memprediksi Terjadinya Gempa?

Soal potensi gempa dan bencana di Sulawesi Tengah tidak banyak yang mengetahuinya.

Bahkan, menurut laporan Ahmad Arif dan Aswin Rizal Harapap di Harian Kompas tahun 2012 lalu berjudul “Hikayat Runtuhnya Tanah Runtuh”, banyak warga setempat yang menganggap bahwa tsunami di wilayah ini hanya mitos belaka.

“Di Tanah Runtuh, Kelurahan Talies, Palu Timur, Sulawesi Tengah, kisah tentang runtuhnya kampung itu karena gempa dan tsunami hanya dianggap dongeng. Warga tinggal di pantai tanpa membentengi diri dengan kesiapsiagaan,” tulis Arif di pembukaan tulisannya.

Menurut sohibul hikayat, pernah terjadi gempa besar di Palu.

Setelah itu, air laut datang sampai ke jalan dan merobohkan banyak rumah. Tempat itu kemudian dikenal sebagai Tanah Runtuh.

“Tapi, anak-anak muda tidak tahu lagi cerita itu. Saya juga ragu, itu cerita benar atau rekaan,” ujar Supriyadi, sekarang 58 tahun.

Survei Litbang Kompas tahun 2011 juga memperkuat pernyataan di atas.

Baca Juga : Tak Hanya Timbulkan Bencana, Gempa Bumi Munculkan 'Keganjilan-keganjilan yang Aneh'

Survei itu menemukan, 63 responden di Kota Palu tidak tahu bahwa daerah mereka rawan bencana. Selain itu, 95 responden juga merasa mereka aman dari risiko berncana alam.

Padahal, jika mengacu pada catatan sejarah, gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah memang benar-benar pernah terjadi.

“Tanah Runtuh berada di sesar Palu-Koro sehingga sering dilanda gempa,” ujar Abdullah dari FMIPA Universitas Tadulako, Palu.

Untuk diketahui, masih menurut catatan Arif, sesar Palu-Koro merupakan sesar paling aktif kedua di Indonesia setelah sesar Sumatera.

Sesar ini membujur sepanjang 500 km dari Laut Sulawesi, lalu membelah Kota Palu hingga menuju Teluk Bone di Sulawesi Selatan.

Tak sekadar sesar geser, sesar Palu-Koro juga vertikal sehingga berpotensi menyebabkan tsunami.

“Sejak 1927, setidaknya terjadi empat kali tsunami di Teluk Palu dengan ketinggian 4-15 meter,” ujar Abdullah kepada Kompas 2012 lalu—jika digabung dengan yang paling baru, artinya sudah lima kali terjadi.

Baca Juga : Kondisi Terkini Pascagempa Donggala Sulteng: Jalanan Terbelah dan Rumah Hancur

Artikel Terkait