Find Us On Social Media :

87 Tahun Jakob Oetama: Jurnalisme Makna dalam Era Banjir Informasi

By Intisari Online, Kamis, 27 September 2018 | 08:00 WIB

Baca Juga : Pantas Oli Bekas Motor Dikumpulkan oleh Bengkel, Rupanya Ini Fungsi Oli Bekas! Sangat Bermanfaat!

Jurnalisme Makna

Bagaimana media seyogianya menempatkan diri di era banjir informasi? Pendiri harian Kompas Jakob Oetama jauh-jauh hari bicara soal jurnalisme makna.

Ia menyampaikan gagasannya ini saat dikukuhkan sebagai doktor kehormatan Universitas Gadjah Mada pada 17 April 2003.

“Informasi yang dipersepsikan sebagai sumber pengetahuan mulai dikhawatirkan sebagai sumber kecemasan. Lubernya informasi tidak lain berarti bahwa ada jenis informasi yang bukan saja tidak sempat diolah akan tetapi juga sama sekali tidak mungkin dipakai,” kata Jakob dalam pidatonya.

Menurut dia, seorang wartawan seyogianya tidak hanya memberitakan sebuah peristiwa, tapi masuk lebih jauh menggali apa makna dari peristiwa itu.

“Seorang wartawan harus mampu mengambil jarak atas peristiwa yang ditulisnya dan menarik sebuah refleksi atas peristiwa tersebut. Dengan begitu, pembaca mendapatkan enlightment atau pencerahan,” tutur Jakob.

Tugas media, ia menegaskan, adalah mencari dan menghadirkan makna dari peristiwa dan masalah, besar dan kecil.

Pencarian makna itu berpedoman pada politics of values, yaitu tentang apa yang baik dan tidak baik, penting dan tidak penting, bukan politics of power, politik kekuasaan atas dasar kepentingan kelompok atau segelintir orang.

Oleh karena itu, jurnalis dituntut untuk tidak sekadar membuat laporan, tapi laporan yang komprehensif yaitu laporan yang berusaha memaparkan seluruh persoalan berikut aneka macam latar belakang, interaksi serta prosesnya.

“Reportase faktual yang memisahkan fakta dan opini berkembang sebagai reportase interpretasi, reportase yang mendalam, yang investigatif dan reportase yang komprehensif. Bukan sekadar fakta menurut uturan kejadiannya, bukan fakta secara linear, melainkan fakta yang mencakup. Dicari interaksi tali temalinya. Diberi interpretasi atas dasar interaksi dan latar belakangnya. Ditemukan variabel-variabelnya. Dengan cara itu berita bukan sekadar informasi tentang fakta. Berita sekaligus menyajikan interpretasi akan arti dan makna dari peristiwa,” terang Jakob.

Gagasan Jurnalisme Makna yang disampaikan Jakob sangat relevan di era banjir informasi ini. Media seyogianya menjadi batu penjuru, tempat masyarakat mendapat kepastian. Media harus memberi jawab, mencerahkan, menjelaskan duduknya perkara.