Find Us On Social Media :

Hubungannya Semakin Memanas, China-AS Diklaim Sulit untuk Mencapai Sebuah Kesepakatan

By Tatik Ariyani, Selasa, 25 September 2018 | 16:00 WIB

Intisari-Online.com - Hubungan antara China dan AS semakin memanas.

Pada hari Senin (24/9) China menerbitkan sebuah dokumen kertas putih 71 halaman.

Dokumen itu untuk mengklarifikasi fakta tentang hubungan ekonomi dan perdagangan China-AS, serta menunjukkan sikap China pada gesekan perdagangan dengan AS, dan mencari solusi masuk akal.

Dokumen itu juga menggarisbawahi tentang kritikan yang ditujukan pada China termasuk ketidakseimbangan perdagangan kedua negara, kebijakan subsidi Beijing dan dugaan pencurian kekayaan intelektual oleh perusahaan-perusahaan China.

Baca Juga : Bukan Hanya Perang Dagang, Memburuknya Ekonomi China Juga Disebabkan Hal Lain

China menuduh bahwa AS telah melakukan praktik 'bullying perdagangan' yang membuat ketidakpastian dan risiko untuk pemulihan ekonomi global.

Sebuah koran Beijing mengatakan, "China tidak menginginkan perang dagang, tetapi tidak takut akan hal itu dan akan berperang jika perlu."

"Kami (China) memiliki ekonomi yang sangat tangguh, pasar yang sangat besar, dan orang-orang China yang pekerja keras, berbakat dan bersatu. Kami juga mendapat dukungan dari semua negara di dunia yang menolak proteksionisme, unilateralisme dan hegemoni."

Surat kabar itu juga mengatakan bahwa AS telah melakukan langkah proteksionis yang ekstrim, merusak tatanan ekonomi internasional, penyebab kerusakan hubungan perdagangan China-AS maupun di seluruh dunia.

Baca Juga : Tips Bertani Organik: Sawi-Bayam Jadi Kombinasi yang Menguntungkan, Panen pun Aman

AS memberlakukan tarif untuk setiap tambahan $ 200 miliar (Rp2.979 triliun) atas barang-barang China pada hari Senin (24/9), sedang China membalas dengan menargetkan sekitar $ 60 miliar (Rp893 triliun) impor AS.

Ancaman China pada AS yang diterbitkan oleh beberapa surat kabar, menurut ahali, menunjukkan bahwa China ingin menampilkan korban dalam pertarungan perang dagang dengan AS.

Eswar Prasad, seorang profesor di Cornell University, mengatakan bahwa kertas putih yang dikeluarkan China menunjukkan bahwa China ingin menempatkan moral yang tinggi pada masalah ini.