Hubungannya Semakin Memanas, China-AS Diklaim Sulit untuk Mencapai Sebuah Kesepakatan

Aulia Dian Permata

Penulis

China menuduh bahwa AS telah melakukan praktik 'bullying perdagangan' yang membuat ketidakpastian dan risiko untuk pemulihan ekonomi global.

Intisari-Online.com -Hubunganantara China dan AS semakin memanas.

Pada hari Senin (24/9) China menerbitkan sebuahdokumen kertas putih 71 halaman.

Dokumen itu untuk mengklarifikasi fakta tentang hubungan ekonomi dan perdagangan China-AS, serta menunjukkan sikap China pada gesekan perdagangan dengan AS, dan mencari solusi masuk akal.

Dokumen itu juga menggarisbawahi tentang kritikan yang ditujukan pada China termasuk ketidakseimbangan perdagangan kedua negara, kebijakan subsidi Beijing dan dugaan pencurian kekayaan intelektual oleh perusahaan-perusahaan China.

Baca Juga : Bukan Hanya Perang Dagang, Memburuknya Ekonomi China Juga Disebabkan Hal Lain

China menuduh bahwa AS telah melakukan praktik 'bullying perdagangan' yangmembuatketidakpastian dan risiko untuk pemulihan ekonomi global.

Sebuah koran Beijing mengatakan, "China tidak menginginkan perang dagang, tetapi tidak takut akan hal itu dan akan berperang jika perlu."

"Kami (China) memiliki ekonomi yang sangat tangguh, pasar yang sangat besar, dan orang-orang China yang pekerja keras, berbakat dan bersatu. Kami juga mendapat dukungan dari semua negara di dunia yang menolak proteksionisme, unilateralisme dan hegemoni."

Surat kabar itu juga mengatakan bahwa AS telah melakukan langkah proteksionis yang ekstrim, merusak tatanan ekonomi internasional, penyebab kerusakan hubungan perdagangan China-AS maupun di seluruh dunia.

Baca Juga : Tips Bertani Organik: Sawi-Bayam Jadi Kombinasi yang Menguntungkan, Panen pun Aman

AS memberlakukan tarif untuk setiap tambahan $ 200 miliar (Rp2.979 triliun) atas barang-barang China pada hari Senin (24/9), sedang China membalas dengan menargetkan sekitar $ 60 miliar (Rp893 triliun) impor AS.

Ancaman China pada AS yang diterbitkan oleh beberapa surat kabar, menurut ahali, menunjukkan bahwa China ingin menampilkan korban dalam pertarungan perang dagang dengan AS.

Eswar Prasad, seorang profesor di Cornell University, mengatakan bahwa kertas putih yang dikeluarkan China menunjukkan bahwa China ingin menempatkan moral yang tinggi pada masalah ini.

China sangat berhati-hati, dan hanya akan menyerang balik ketika mereka diserang.

Baca Juga : Awas! Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Kalau Anda Terlalu Banyak Lakukan Hubungan Intim

AS mengklaim bahwa China adalah pihak penyerang dalam perselisihan karena mengambil keuntungan dari AS selama bertahun-tahun.

Kedua negara telah mencoba melakukan negosiasi untuk menyelesaikan sengketanya, namun belum menemukan titik kesepakatan.

Beijing juga dilaporkan membatalkan diskusi perdagangan dengan Washington dan membatalkan kunjungan yang diusulkan ke AS.

Tidak jelas kapan kedua negara akan bertemu lagi.

Baca Juga : Mulai Besok, BOPI Tetapkan Kompetisi Sepakbola Profesional Indonesia Dihentikan Sementara

Wakil Menteri Perdagangan China, Wang Shouwen mengatakan bahwadirasa sulit untukmengadakan perundingan mengingat perlakuan AS pada China.

Sejatinya tulisan di beberapa media yang mengatakan "Tidak ada yang menjatuhkan kita (China)" bermakna bahwa China menuntut AS memperlakukannya dengan hormat.

Negosiasi hanya dapat dilakukan ketika kedua pihak saling menghormati, memiliki itikad yang baik, dan kredibilitas.

Namun, negosiasi tidak dapat dilakukan di bawah ancaman tarif, atau pada biaya hak China untuk berkembang,kata dalam kertas putih.

Prasad mengatakan bahwa ada salah perhitungan mendasar di kedua belah pihak yang akan mengarah pada perang dagang yang berkepanjangan.

William Zarit, ketua Kamar Dagang Amerika di China, juga mengatakan konflik kemungkinan akan bertambah buruk.

Baca Juga : Hal Sepele Ini Ternyata Gejala Awal Diabetes, Kenali Sebelum Parah

Artikel Terkait