Find Us On Social Media :

Kisah Pangeran India Pertama dan Satu-satunya yang Mengaku Gay dan Rencananya Ubah Istana Jadi 'Pusat LGBT'

By Afif Khoirul M, Jumat, 21 September 2018 | 17:45 WIB

Intisari-online.com - Pangeran Manvendra Sigh Gohil yang dibesarkan di Istana Rococo yang luas dan mewah di Gujarat, India, sempat menyembunyikan sisi lain hidupnya.

Sejatinya Mavrendra merupakan putra dan calon pewaris Maharaja Rajpipla di Gujarat, India Barat, yang diharapkan menjadi seorang pemimpin.

Sayangnya, selama bertahun-tahun ia harus menyembunyikan orientasi seksualnya pandangan publik.

Baca Juga : Ternyata Sebagian Besar Istri Berselingkuh Karena Alasan Seksual

Ia sempat menikahi seorang putri Jhabuba di Madhya Pradhesh pada 1991. Hal itu ia gunakan untuk menyembunyikan orientasi seksualnya.

Namun, karena ia tak mampu menahan kerahasiaannya, akhirnya ia menceritakan pada istrinya tentang hal yang bertahun-tahun ia rahasiakan itu.

Hampir setahun setelah pernikahannya ia mengajukan gugatan cerai, namun perpisahan itu tak pernah terdengar di India yang mana pada saat itu masih sangat tabu untuk diceritakan.

Seperti banyak orang di India, di mana menjalin hubungan sesama jenis kelamin bisa mendapatkan hukuman.

Baca Juga : Hari ini Melawan Iran di Piala Asia 2018, Fakhri Husaini Ungkap 9 Larangan yang Diterapkan di Timnas U-16

Pria 52 tahun ini terus menyembunyikan kerahasiaan homoseksualitasnya selama bertahun-tahun dari semua orang India bahkan setelah ia bercerai.

Untungnya mantan istrinya dengan baik hati menepati janjinya dan tidak pernah membocorkan rahasianya itu.

Namun, menyembuyikan hal semacam itu bukanlah hal yang mudah bagi seorang putra mahkota.

Pada 2002 Manvendra mengalami ganguan saraf hingga harus tinggal di rumah sakit, sialnya pada waktu itu psikiaternya memberi tahu orangtuanya bahwa ia gay.

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Menganggap homoseksualitas sebagai berita buruk, orangtuanya menyembunyikan orientasi seksual putranya itu dengan pendekatan baik medis maupun agama.

Ketika itulah sebuah polemik melanda kerajaan, di mana masyarakat tidak mengizinkan orangtua menerima seorang anak yang kedapatan gay.

Seketika, anak-anak itu pun menjadi tunawisma karena pada dasarnya mereka tidak bisa hidup mandiri tanpa orangtua.

Di sisi lain, kerajaan juga mengatakan bahwa tunawisma adalah masalah besar dalam komunitas LGBT dan mereka tak bisa hidup tanpa orangtua.

Hal itu menyebabkan tunawisma di India sangat tinggi dalam hal ini mereka adalah orang-orang dari komunitas LGBT.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Karenanya, Pangeran Manvendra memiliki solusinya.

Ia ingin mengubah istana menjadi pusat bagi kaum LGBT berisiko dengan tujuan memberikan layanan klinis.

Dalam hal ini istana memberikan dukungan keuangan dan pelatihan keterampilan bagi kaum muda LGBT.

Dengan begitu, mereka bisa hidup mandiri secara finansial, dan keluar dari kelurga mereka untuk memilih jalan hidup mereka sendiri.

Ia juga menawarkan seminar seks aman kepada kaum muda LGBT, mengadakan lokakarya terhadap orangtua yang sudah mampu menerima kondisi si anak.

Terlepas dari kemajuan yang telah dan terus dilakukan oleh Pangeran Manvendra di India, perlu diingat bahwa hukum India terus mengkriminalisasi hubungan sesama jenis.

Meski begitu, Mahkamah Agung India telah memerintahkan peninjauan kembali undang-undang akhir tahun ini.Dalam pandangan Pangeran Manvendra, homofobia berakar pada sikap masyarakat India terhadap seks secara keseluruhan.

"Ini (dianggap) tabu bahkan untuk berbicara tentang seks dan tidak ada pendidikan seks di sekolah," katanya.