Penulis
Intisari-Online.com – Jangan lupa berbekal pengetahuan tentang batik, komodo dan sebagainya. Gunanya banyak untuk memperluas pergaulan.
Itulah pesan Dr. Ir. Adirukmi Noor Saleh, wanita Indonesia yang dulu belajar diSwedia dan kini menetap di Malaysia.
Seperti penuturannya dalam Majalah Intisari dalam tulisan Kalau Anda Akan Belajar di Negeri Orang edisi November 1987 berikut ini.
Sebelum pergi belajar ke luar negeri dua belas tahun yang lalu, saya dinasihati kawan-kawan agar belajar sebanyak-banyaknya tentang kehidupan di luar negeri.
Umpamanya saja: cara makan di sana, pergaulan, penduduknya, kebiasaan setempat dan sebagainya. Maksudnya tentu saja agar saya mudah menyesuaikan diri.
Karena saya baru tahu akan dikirim ke luar negeri beberapa bulan sebelum berangkat, saya pun belajar secara kilat.
Gunanya memang banyak. Namun, ternyata ada satu hal penting yang lupa disarankan orang, yaitu belajar tentang negara sendirL Hal itu baru saya insafi setelah saya berada di sana.
Baca Juga : Pendidikan di Indonesia Makin Mahal, 5 Negara Ini Tawarkan Kuliah Gratis Bagi Siswa Internasional, Tertarik?
Dikira semua orang Indonesia pandai membatik
Ketika saya diundang makan malam ke rumah pembimbing saya di Stockholm, istrinya sengaja memasak nasi dengan lauk-pauk Asia.
Ada masakan Jepang, masakan Cina dan juga masakan kita. Saya perhatikan kemudian bahwa nasi goreng selalu ada dan selalu ditanyakan resepnya kepada kita.
Jadi ada baiknya juga berbekal macam-macam resep nasi goreng.
Pada perjamuan itu datang para profesor bersama istri mereka. Salah seorang di antaranya berkata, "Kami ingin sekali mengetahui tentang Konperensi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955. Apakah Anda bisa menceritakannya kepada kami semua?"
Saya jadi kelabakan. Waktu konperensi itu diadakan, saya belum masuk sekolah! Kalau saya tahu sebelumnya, saya bisa menyiapkan informasi secukupnya.
Baca Juga : Lulus dari 4 Jurusan Kuliah Ini Dijamin Mudah Dapatkan Kerjaan
Untunglah, ini suatu perjamuan tidak resmi. Saya pun mengingat-ingat lagi pelajaran sejarah di sekolah dan sumber-sumber lain yang pernah saya baca di koran maupun buku. Bayangkan, betapa malunya kalau saya tidak tahu sama sekali!
Suatu hari saya menghadiri pesta pembagian Hadiah Nobel di Stockholm, yang dihadiri juga oleh Raja Swedia Karl Gustav dan para pemenang hadiah itu. Perjamuan di balai kota itu menampung leblh dan seratus orang.
Di meja makan saya duduk bersebelahan dengan seorang profesor dari Universitas Stockholm. Setelah tanya-jawab untuk memperkenalkan diri, ia meminta saya menceritakan tentang G. Krakatau dan letusannya yang terkenal itu.
Karena saya bukan dari jurusan geologi ataupun sejarah, terpaksa saya memberi keterangan yang saya peroleh dari pelajaran geografi di sekolah dan dari bacaan.
Baca Juga : Inilah Perbandingan Biaya Kuliah 2018 di Fakultas Teknik UI, UGM, UNPAD, dan UNDIP
Untungnya, semasa di sekolah dasar dulu, orang tua saya sering membawa saya ke Museum Geologi di jl. Diponegoro, Bandung, sehingga pernah melihat gambar-gambar ketika gunung itu meletus dan bisa menjawab pertanyaan sang profesor.
Sejak upacara itu saya minta orang tua saya mengirimkan slide pemandangan, upacara adat, tari-tarian, hasil kerajinan tangan dan sebagainya.
Teman saya, seorang Swedia, pernah ikut kursus membatik di negerinya. la menganggap semua orang Indonesia bisa membatik. la meminta saya mengoreksi batikannya kalau salah.
Untung saja saya yang dibesarkan di Jawa Barat pernah juga memegang canting waktu kuliah lapangan di Yogyakarta dan waktu berlibur ke rumah saudara saya di sana. Cuma saja saya minta maaf tidak bisa mengajarkan dia.
Kepandaian saya dalam hal itu kurang, walaupun nenek saya dan saudara-saudaranya biasa membatik. Saya cuma bisa memenuhi keinginannya untuk menjelaskan bagaimana proses menghilangkan lilin dan mewarnai.
Nasi gorengnya dimodifikasi
Hidup di rantau membuat kita mengenal pelbagai variasi nasi goreng. Kalau mengundang teman-teman senegara, nasi gorengnya pedas, dengan cabai yang dihaluskan. Kalau makan-makan dengan kawan-kawan dari negara lain di Asia, nasi gorengnya dimodifikasi.
Cabainya sedikit, cuma diiris saja. Kecap manis pun diganti dengan kecap asin. Nasi goreng untuk teman Eropa tidak memakai cabai. Supaya ada merah-merahnya, cabai diganti dengan potongan paprika. Nasi gorengnya dihiasi dengan kacang polong dan ... nenas.
Baca Juga : Jika Menyantap Nasi Goreng Buatan Istri, Bung Karno Lebih Suka Gunakan Tangan Daripada Sendok
Teman-teman ternyata tertarik untuk belajar tari piring. Tari itu tidak sulit, padahal menarik untuk dilihat karena memakai lilin.
Mereka belajar mula-mula dengan piring plastik. Itu pun sudah serius, apalagi ketika sudah memakai piring porselin. Sampai-sampai ada yang keseleo pergelangan tangannya karena salah memutar.
Sebagai orang Indonesia kita sering dianggap tahu banyak tentang fauna dan flora Indonesia. Saya pernah diminta berbicara dalam seminar anggrek di Swedia. Tentu saja saya terpaksa menolak, sebab tahu apa saya tentang anggrek?
Yang sering juga ditanyakan antara lain komodo, bunga bangkai dan bagaimana rasanya hidup di negara yang mataharinya bersinar terik sepanjang tahun, sehingga kita tidak teralang untuk bercocok tanam sepanjang tahun pula.
Yang ingin diketahui orang tentang kita di Eropa memang berbeda daripada yang ingin diketahui oleh para tetangga kita di Asia yang tinggal lebih dekat dengan kita.
Di Malaysia, ketika empat jam setelah melahirkan saya sudah berjalan-jalan dekat ruang bersalin, ibu-ibu menanyakan, jamu apa yang saya minum sampai saya bisa sesegar itu.
Banyak orang mengira jamu bisa menyulap manusia dari gemuk menjadi langsing, dari loyo menjadi segar dan seterusnya.
Saya katakan bahwa jamu pun membutuhkan usaha dari peminumnya, umpamanya saja bahwa jamu singset akan percuma kalau sepanjang hari kita makan coklat.
Di Malaysia ini orang-orang yang tertarik pada jamu tidak terbatas pada satu golongan etnis saja. Orang Melayu, Cina, India maupun Eropa tertarik pada jamu kecantikan dan kesehatan.
Jadi kalau Anda atau anak Anda merencanakan belajar atau pergi ke luar negeri untuk waktu yang lama, harap jangan lupa untuk berbekal pengetahuan tentang negara kita sendiri secukupnya, karena akan banyak membantu kita meluaskan pergaulan.
Tapi, di zaman digital seperti sekarang ini, rasanya tidak sulit mencari apapun informasi yang kita perlukan, termasuk tentang negara kita sendiri.
Baca Juga : Memanjakan Mata dengan Batik Solo, Jangan Lupa Borong Batiknya!