Beginilah Cara ISIS Menjadikan Para Perempuan sebagai Komoditas dan Budak Seks di Timur Tengah

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Mengungak tabir perbudakan seks di kalangan ISIS di mana ribuan wanita diculik dan dijadikan komoditas dagang.

Intisari-online.com -Sebagai kelompok militan paling berbahaya ISIS merupakan ancaman di Timur Tengah.

Mereka menebar terror hingga menculik penduduk yang kemudian mereka jadikan budak.

Mereka, kebanyakan gadis-gadis baik yang masih muda maupun yang sudah matang, diculik setelah dipaksa berdiri di dinding sementara para pria meraba-raba dada mereka.

"Jika dia memiliki payudara, maka dia 'sudah siap' untuk diperkosa," kata seorang korban Yazidi dikutip dari New York Post.

“Jika dia tidak memiliki payudara, mereka menahannya di sana selama tiga bulan dan kembali untuk melihat apakah telah tumbuh (payudaranya), sementara itu mereka kembali datang untuk memastikanapakah mereka sudah 'siap' diperkosa," tambahnya.

Baca Juga : Seram! Kota Paling Berbahaya di Dunia Ini Lokasinya Tak Jauh dari Indonesia

Ribuan gadis lain yang berasal dari Irak dan Suriah juga mengalami tindakan yang sama, mereka diculik dan dijadikan budak.

Pengalam dan kisah getir ini diceritakan oleh Nikita Malik dari Henry Jackson Society melalui News.com.au.

Perbudakan seks telah menjadi komoditas yang menguntungkan bagi kelompok militan ISIS, Boko Haram, hingga Al-Shabaab dalam beberapa tahun terakhir.

Pada mulanya, orang-orang yang diculik telah mendorong sebuah pasar yang berkembang, di mana skema penebusan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan.

Baca Juga : Kisah Anggota Militer AS yang Bergabung dengan ISIS Gara-gara Melihat Video Pembunuhan 5 Jam Sehari

Misalnya, pada 2016 lalu, ISIS menghasilkan uang antara 12 juta dolar AS hingga 38 juta dolar AS (sekitar Rp170 miliar-Rp567 miliar).

Selain menjadi komoditas yang menghasilkan uang, para budak juga dijadikan obligasi antar pejuang dan digunakan sebagai hadiah untuk para pejuang.

"Teroris menggunakan kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan, perbudakan seksual, dan perkawinan paksa, untuk menyokong orang-orang yang direkrut, menggembleng para pejuang, dan, dalam kasus kelompok-kelompoknya," tulis Malik.

Propaganda para budak berfungsi sebagai insentif dan faktor penarik untuk merekrut anggota baru, sekaligus dijanjikan sebagai istri dan budak seks.

Baca Juga : Sadis! Romano Fenati Tarik Tuas Rem Rival Saat Balapan, Inilah 5 Fakta Mantan Murid Valentino Rossi

Laporan komprehensif meyoroti sebuah perdagangan yang tidak menempati area gelap di mana kekerasan seksual, terorisme dan perdagangan manusia antara pelaku dan korban.

Sebagai gantinya perlakukan ISIS terhadap budak seks didefinisikkan dengan baik meski dalam lingkungan kelompok teror.

Ada peraturan khusus yang berisis 27 halaman dokumen yang menetapkan aturan untuk perawatan para budak seks.

Sementara itu, undang-undang lokal di Suriah, Nigeria, Libia hingga Irak mengartikan bahwa perempuan terpapar dengan 'tiga kerentanan'.

Baca Juga : Bukan ISIS, Inilah Kelompok Teroris Paling Berbahaya dan Paling Mematikan di Dunia

Yaitu kekerasan seksual, perdagangan, dan teror yang membuat mereka tidak dilindungi oleh hukum internasional.

Terlebih, hukum nasional menyebutkan bahwa pemerkosaan dalam pernikahan tidak diakui sebagai bentuk pemerkosaan.

Untuk itulah pemerkosa dibiarkan lolos jika mereka menikahi korban mereka.

Terlebih dalam situasi ini ISIS sangat diuntungkan, di mana jumlah gaji mereka juga disesuaikan dengan jumlah istri dan anaknya, seperti dikutip dari Business Insider.

Diyakini sekitar 5.000 perempuan Yazidi telah dijual sebagai budak ISIS sementara setidaknya 2.000 telah diambil oleh Boko Haram, termasuk kasus penculikan terkenal 276 gadis Chibok.

Artikel Terkait