Find Us On Social Media :

Hati-hati, Minum Obat saat Puasa Ada Aturannya, yang Bisa Berakibat Fatal Jika Diabaikan

By Ade Sulaeman, Sabtu, 3 Juni 2017 | 18:00 WIB

Minum obat tak memberi janji seratus persen tubuh bakal sembuh

Intisari-Online.com – Memasuki bulan Ramadhan, saat umat Islam menunaikan ibadah puasa. Banyak hal perlu diperhatikan dalam menjalankan ibadah puasa ditinjau dari aspek kesehatan dan kaitannya dengan penggunaan obat secara benar selama berpuasa.

Berat-ringannya orang sakit tergantung pada macam penyakit dan kondisi fisik penderita. Hal ini dapat dikonsultasikan pada dokter yang merawat, apakah memungkinkan penderita menjalankan ibadah puasa atau tidak.

Yang jelas, penderita penyakit berat dan penderita sakit maag berat atau diare tidak diwajibkan menjalankan ibadah puasa.

Namun, penderita yang masih sanggup menelan atau meminum obat dan kondisi fisiknya memungkinkan, misalnya penderita kardiovaskular (hipertensi, jantung), diabetes mellitus, lever, ginjal, rematik, obesitas, flu, batuk, dan lain-lain, masih dibolehkan menjalankan ibadah puasa.

Pengaruh kegiatan berpuasa terhadap pemeliharaan kesehatan penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes melitus, lever, ginjal, rematik, dan obesitas umumnya positif.

(Baca juga: Tidak Perlu Jauh-jauh ke Kalimantan Bila Ingin Berbuka Puasa dengan Soto Banjar, di Jakarta pun Ada)

(Baca juga: Bagaimana Astronaut Melakukan Salat dan Puasa di Luar Angkasa?)

(Baca juga: Terserang Demam? Labu Air Daging Sengkel Bisa Jadi Pilihan Menu Berbuka Puasa Hari Ini)

Soalnya, mereka dapat melakukan diet lebih dan mengistirahatkan organ saluran cerna dari kemampuan bekerja lebih keras.

Berpuasa akan membatasi penderita yang harus berdiet untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang merupakan kontraindikasi penyakitnya.

Apalagi pada saat berpuasa, makanan dan minuman yang dikonsumsi cenderung mengandung zat gizi atau nutrisi yang lebih sempurna, baik dari segi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

Patut diketahui bahwa berpuasa tidak menyebabkan pelakunya mengalami defisiensi alias kekurangan gizi, karena nutrisi yang masuk lewat makanan dan minuman tetap diterima tubuh saat berbuka puasa.