Penulis
Intisari-Online.com - Ada istilah yang mengatakan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Artinya guru selalu mengajarkan hal-hal informatif kepada murid-muridnya tidak peduli apapun kondisinya.
Seperti itulah kira-kira kisah Qimei Ciren. Guru 37 tahun ini rela mengajar di sebuah sekolah di atas ketinggian 5.373 meter di atas permukaan laut.
(Baca juga: Penting! Inilah Alasan Orangtua dan Guru Harus Biarkan Anak Kidal Tetap Kidal)
Dilansir dari nextshark.com, sekolah dasar Puma Jiantang, Tibet, berada lebih tinggi dari basecamp di mana para pendaki berangkat ke Gunung Everest.
Karena lokasi sekolah yang sangat tinggi, membuat tidak ada orang yang bersedia mengambil pekerjaan sebagai guru di sana. Kecuali satu orang, yaitu Qimei Ciren.
Meski ia harus menghadapi kondisi cuaca buruk, masalah kesehatan seperti hipoksia (kekurangan oksigen) dan (kulit merah), serta menahan suhu rata-rata minus 5 derajat Celcius, Ciren tetap melakukan pekerjaannya sebagai guru.
Selama 5 tahun ia bekerja sebagai guru dan dua tahun terakhir posisinya naik sebagai kepala sekolah.
(Baca juga: Salut! Guru Ini Tetap Setia Mengajar di Sekolah Meski Hanya Memiliki Satu Orang Murid)
Tidak hanya memberikan wawasan, ia juga menjadi perawat bagi murid-murinya. Setiap hari ia membangunkan murid-muridnya di asrama mereka, memastikan mereka mandi, sarapan, dan mencuci pakaian.
Meski tinggal jauh dari keluarganya dan bertahan di lingkungan yang dingin dan keras, Ciren tidak pernah menyesal memilih pekerjaan sebaai guru. Karena ia cinta mengajar dan cinta kepada murid-muridnya.
“Saya telah melihat banyak guru yang meninggalkan sekolah ini. Jadi saya enggan melakukannya.”
“Jika saya pergi, bisakah sekolah mendapatkan guru lain yang mengajar dan menyayangi murid-murid di sini? Oleh karenanya, saya memutuskan tetap bertahan,” tambah Ciren.