Berani Menyeberang Jalan Sembarangan di Kota Ini? Siap-siap Dipermalukan di Depan Banyak Orang

Ade Sulaeman

Penulis

Gerbang di rambu penyeberangan

Intisari-Online.com - Pemerintah Kota Wuhan di Provinsi Hubei, Tiongkok, dibikin sebal oleh perilaku warganya. Mereka kerap kali menyeberang jalan bukan pada tempatnya.

Seringkali perilaku yang melanggar hukum itu dilakukan secara bergerombol di persimpangan jalan. Akibatnya terjadilah kemacetan lalu lintas.

(Baca juga: (VIDEO) Dengar Bisikan Misterius, Veteran AS Tabrakan Mobilnya ke Pejalan Kaki di Times Square)

Sebenarnya berbagai cara telah dilakukan pemerintah kota untuk mengatasi masalah tersebut. Contohnya, mempermalukan si penyeberang jalan dengan keharusan memakai topi warna hijau.

Cara lainnya dengan membuat garis merah di trotoar agar warga berpikir dua kali sebelum menyeberang jalan.

Pejalan kaki
Atau, membuat garis putih di jalanan untuk menyoroti bahayanya menyeberang jalan sembarangan dengan mengekspos penyeberang itu sendiri.

Bahkan cara yang lebih ekstrim telah dilakukan pula, seperti meletakkan sebuah boneka seperti orang yang terluka akibat tertabrak kendaraan. Namun, semua cara itu tidak bekerja.

(Baca juga: Agar Tidak Selalu Lihat Smartphone ketika Berjalan, Jalur Pejalan Kaki Ini Dipasangi 100 Polisi Tidur, Kreatif!)

Nah, kini pemerintah Kota Wuhan, mencoba cara pendekatan yang baru untuk menghentikan perilaku menyeberang jalan sembarnagan itu.

Di persimpangan jalan yang ramai dipasang gerbang otomatis yang berhadapan langsung dengan zebra cross. Gerbang itu akan terbuka bila lampu untuk penyeberang jalan telah menyala hijau.

Sebenarnya gerbang otomatis itu biasanya dipasang di stasiun bawah tanah. Namun, kini dinas lalu lintas di kota itu memasang gerbang serupa di persimpangan jalan.

Saat ini memang gerbang otomatis untuk penyeberang jalan baru terpasang di beberapa persimpangan jalan saja. Bila cara ini terbukti efektif, maka gerbang otomatis akan dipasang di seluruh perisimpangan jalan di Kota Wuhan.

Gerbang otomatis akan membuka bagi penyeberang jalan apabila rambu untuk penyeberang jalan telah berwarna hijau. Dan gerbang akan tertutup selama rambu itu masih berwarna merah.

Penyeberang jalan yang mau melanggarnya harus berpikir dua kali lo. Sebabnya, di gerbang itu terpasang juga kamera pengintai.

Kamera pengintai ini akan memonitor aktivitas di gerbang sepanjang waktu. Nah, kamera ini juga akan menampilkan wajah pelanggar di layar billboard yang dipasang di area penyeberangan.

Dilansir dari Chinanews, perilaku menyeberang jalan sembarangan digambarkan sebagai sebuah masalah budaya di Tiongkok. Warga memperlihatkan sebuah kekurangan lengkapan dari aturan-aturan dan benar-benar mengabaikan hukum.

Kata seorang penulis Tiongkok, Yuan Xiaobin, lalu lintas di Jerman diprogram tidak lebih dari 60 detik. Dari sejumlah penelitian di sana, warga Jerman selalu menunggu lampu hijau menyala untuk menyeberang jalan.

Namun, di Tiongkok rambu lalu lintas diprogram hingga 90 detik. Ketika lampu hijau untuk menyeberang telah menyala, tidak ada pemberitahuan jika kendaraan akan membiarkan warga menyeberang jalan.

Mungkin karena itulah muncul perilaku menyeberang jalan sembarangan.

Apapun alasannya, pemasangan gerbang otomatis untuk penyeberang jalan ini adalah proyek yang sangat mahal.

Ada warga yang memprediksikan program ini tidak akan berlangsung lama. Ia melontarkan candaan: “Seseorang mungkin akan membongkar gerbang otomatis itu dan menjadikannya besi tua untuk dijual.”

Bagaimana menurut Anda, apakah program serupa bisa diterapkan pula di Indonesia?

Artikel Terkait