Find Us On Social Media :

Larangan Menikah di Bulan Suro Bukan Hanya tentang Buang Sial, tapi Ada Maksud Lain di Baliknya

By Tatik Ariyani, Selasa, 4 September 2018 | 13:18 WIB

Intisari-Online.com - Pada beberapa kalangan masyarakat Jawa, bulan Suro (atau dalam penanggalan Islam disebut Muharram) dianggap salah satu bulan yang dikeramatkan.

Hal itu membuat beberapa masyarakat Jawa pantang untuk melakukan beberapa hajatan, salah satunya pernikahan.

Mereka menganggap jika hal ini dilanggar akan ada nasib buruk di waktu mendatang.

Lalu, bagaimana kepercayaan tentang pantangan menikah di bulan Suro ini bermula?

Baca juga: Sejarah Malam 1 Suro Kenapa Dianggap Punya Makna Mistis dan Misterius

Soal pantangan menikah di bulan Suro, pengamat budaya Jawa, Han Gagas, memberi keterangannya.

Melalui WhatsApp Han Gagas menjelaskan, menurut kepercayaan Hindu, dikisahkan Suro dikuasai Batara Kala. Suro adalah penguasa waktu yang menjalankan hukum karma atau sebab akibat.

"Suro, dewanya Batara Kala, yang suka makan manusia, dalam arti nasibnya. Sehingga buruk nasibnya," kata Han Gagas.

"Untuk itu, hal tersebut harus dihindari agar auranya menjadi baik," tambahnya.

Dijelaskan bahwa Suro suka makan manusia (dalam arti nasib), sehingga dipercaya apabila menyelenggarakan hajatan di bulan Suro akan menghadapi nasib yang buruk.

Akan lebih baik jika hajatan di bulan Suro tersebut dihindari agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Han Gagas menambahkan bahwa pantangan itu bukan hanya pernikahan, tetapi juga hajatan lain termasuk pendirian rumah, sunatan, pindah rumah dan lainnya.

Baca Juga: Sering Dianggap Unggul, Ternyata Teknologi dan Militer Nazi Jerman Tak Sehebat yang Kita Kira