Penulis
Intisari-Online.com - Ketika pasukan Uni Soviet menduduki ibukota Afghanistan, Kabul, pada 1979 dan kemudian menggulingkan pemerintahan yang sah, tentara Uni Soviet yang bertempur di dalam kota dengan mudah mengalahkan musuhnya.
Tapi ketika pertempuran mulai merambah wilayah pegunungan, pejuang Mujahidin ternyata sulit dikalahkan.
(Baca juga: Foto Ini Diambil Tepat Sesaat Sebelum Fotografernya Tewas Akibat Ledakan di Afghanistan)
Untuk menguasai Kabul dan kota-kota penting lainnya, Soviet menurunkan lebih dari 1500 pasukan para dan didukung oleh pasukan khusus Soviet yang terkenal ganas, Spetsnaz.
Kota-kota penting selain Kabul yang kemudian dikuasai oleh pasukan Soviet adalah Bagram, Shindand, dan Kandahar.
Setelah sukses menguasai Afghanistan dan membentuk pemerintahan boneka yang pro Soviet, pasukan pendudukan Soviet terus melakukan konsolidasi.
Kota-kota lain yang lokasinya berada di pegunungan seperti Heart dan Termez pun menjadi incaran pasukan Soviet berikutnya.
Tapi untuk menguasai wilayah pegunungan yang menjadi basis gerilyawan Mujahidin itu, pasukan Soviet yang saai itu belum menggunakan heli tempur justru menjadi sasaran empuk penyergapan.
(Baca juga: (Video) Mengenal Kedahsyatan MOAB, Bom dari Segala Bom yang Baru Saja Dijatuhkan AS di Afghanistan)
Demi menghadapi ketangguhan pejuang Mujahidin yang sangat menguasai medan pegunungan dan sulit dihantam oleh serangan jet tempur, militer Soviet lalu mulai mengerahkan heli tempur bersenjata.
Heli tempur yang baru saja diproduksi itu antara lain, Mi-8 Hip dan Mi-24 Hind.
Satuan heli tempur yang dioperasikan militer Soviet dan memiliki tugas khusus menghantam sarang-sarang gerilyawan Mujahidin itu dinamai Desantoshturmovaya Brigada atau Special Designation Brigades, DShBs.
Brigade mobil udara ini merupakan pasukan spesial dan dilatih secara khusus. Rata-rata, personil pasukan yang bergabung dengan DShBs memiliki kemampuan khusus seperti mahir melakukan operasi airborne, mobil udara, serbuan komando, dan perang antigerilya.
Kehadiran heli tempur Soviet di medan perang Afghanistan sangat berpengaruh terhadap strategi tempur pasukan Soviet. Serbuan pasukan infantri bisa berlangsung lebih lancar karena didukung oleh tembakan senapan mesin dan roket Mi-8 Hip atau Mi-24 Hind. .
Konvoi pasukan bermotor Soviet yang sedang bergerak menuju medan tempur atau memindahkan pasukan juga jadi lebih aman karena dilindungi oleh heli tempur DShBs.
(Baca juga: (VIDEO) Serang ISIS di Afghanistan, AS Gunakan 'Bom dari Segala Bom' MOAB untuk Pertama Kalinya)
Akibatnya, gerilyawan Mujahidin makin kesulitan untuk melancarkan serangan sergapan karena aksi mereka selalu dihadang oleh puluhan heli tempur Soviet.
Untuk melawan heli tempur yang bukan merupakan tandingan para gerilyawan Mujahidin, para gerilyawan biasanya hanya menggunakan senapan mesin berat yang ditembakkan dari lereng-lereng pegunungan.
Tembakan senapan mesin bisasanya diarahkan pada posisi mesin atau rotor bagian belakang ketika heli tempur Soviet sedang terbang rendah.
Tapi kemampuan tempur para gerilyawan makin terbatas karena pasukan khusus Soviet dengan cepat bisa didaratkan di sekitar posisi gerilyawan.
Dengan kemampuan khususnya, pasukan yang didominasi oleh Spetsnaz tersebut berhasil melumpuhkan para pejuang Mujahidin.
Menghadapi heli tempur Soviet yang setiap hari merajai pertempuran di udara, gerilyawan Mujahidin lebih suka memilih untuk bersembunyi.
Posisi gerilyawan memang sangat lemah karena tidak memiliki senjata yang memadai guna menghancurkan heli Soviet.
Bahkan para pilot nya melukiskan saat bertempur melawan gerilyawan Mujahidin, mereka seperti sedang berburu binatang.
Apalagi gempuran senapan mesin berat Mujahidin yang selama ini bisa merontokkan rotor belakang heli tempur bisa diatasi dengan cara terbang sepasang.
Heli tempur yang terbang rendah bertugas menghantam posisi gerilyawan dari jarak dekat.
Sedangkan heli tempur yang terbang di atasnya dan berfungsi sebagai air cover, bertugas menghantam gerilyawan sebelum mereka memiliki kesempatan menembakkan senjatanya.
Supremasi heli tempur Rusia yang mengakibatkan perlawanan pejuang Mujahidin makin melemah itu membuat pasukan AS dan agen CIA yang selama ini telah memberikan dukungan militer, tak mau tinggal diam.
Rudal antipesawat yang baru saja diproduksi oleh militer AS, Stinger dan Blowpipe yang bisa dioperasikan dengan cara dipanggul mulai dikirim ke Afghanistan.
Setelah mendapat pelatihan cara mengoperasikan Stinger dan Blowpipe, pejuang Mujahidin kemudian dipercaya untuk mengoperasikan senjata perontok pesawat tempur itu secara mandiri.
Agar mampu menembak heli Soviet secara telak dan dipastikan bisa jatuh, setiap satu heli tempur Soviet yang sedang mengudara disediakan dua Stinger.
Rudal panggul Stinger yang dioperasikan pejuang Mujahidin akhirnya mulai memakan korbannya.
Pada bulan Oktober 1986, sejumlah heli tempur Soviet yang tengah melancarkan serangan satu persatu berhasil dirontokan oleh rudal yang sanggup mencari sendiri sasarannya berkat alat penjejak panas itu.
Kehadiran Stinger dan Blowpipe membuat setiap heli tempur yang sedang mengudara untuk sejumlah misi tempur , terbang dalam situasi tegang dan ketakutan.
Apalagi para penembak Stinger bukan hanya sembunyi tapi juga kerap melancarkan serangan berani mati di pangkalan udara Soviet.
Hingga tahun 1987, setiap hari, paling tidak satu pesawat tempur Soviet berhasil ditembak jatuh oleh Stinger.
Akibatnya, kekuatan tempur Soviet di Afghanistan merosot drastis.
Senjata-senjata baru yang dipasang di heli tempur dan dukungan tembakan artileri terhadap sarang gerilyawan ternyata tak mampu melumpuhkan perlawanan pejuang Mujahidin.
Akhirnya, tak ada pilihan lain bagi Soviet kecuali segera menarik mundur pasukannya dari Afghanistan tanpa syarat.