Find Us On Social Media :

Inilah "Phunsukh Wangdu" Asli, Insinyur Jenius yang Menginpirasi Peran Aamir Khan dalam 3 Idiots

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 26 Mei 2017 | 17:40 WIB

Phunsukh Wangdu asli

Intisari-Online.com - Satu pelajaran penting yang disampaikan Aamir Khan dalam 3 Idiots (arahan Rajkumar Hirani) adalah kita tidak perlu mengikuti perlombangan tikus untuk mencapai impian.

Dalam film yang rilis 2009 itu Aamir berperan sebagai Phunsukh Wangdu, pemegang 400 paten atas namanya yang sangat diinginkan oleh seorang investor dari Jepang.

(Baca juga: Sebuah Keajaiban Bagi Bansi Datang Dari Misscalled)

Apa yang kita lihat dalam film tersebut adalah bahwa karakter Phunsukh Wangdu sebenarnya terinspirasi dari seorang insinyur dari Leh, salah satu distrik yang berada di wilayah Ladakh, negara bagian Jammu dan Kashmir.

Jika kita mencarinya di peta, tempat ini tak jauh dari Himalaya. Insinyur itu bernama Sonam Wangchuk.

Wangchuk, yang kini 51 tahun, membangun beberapa Ice Stupa untuk memfasilitasi irigasi di daerah gurun Himalaya Barat.

Gundukan es itu difungsikan sebagai mini-gletser yang perlahan-lahan akan mencair dan mengirim air ke area pertanian. Untuk informasi saja, istilah Ice Stupa itu ternyata ia yang menciptakan.

Begini penampakan Ice Stupa itu:

" >

Wangchuk menghabiskan hari-harinya dengan bekerja di Ladakh yang berada di ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut.

Daerah ini dikenal sebagai wilayah yang miskin air bersih, terlebih ketika musim tanam dan musim panen tiba. Dan upaya pemberdayaan pertanian ini telah diakui secara internasional.

Atas jasanya itu, Wangchuk diganjar penghargaan prestisius Rolex Award for Enterprise 2016.

Penghargaan ini diberikan tahun lalu di Los Angeles, AS, untuk mereka “Yang telah mengubah dunia dengan pemikiran yang inovatif dan dinamis.”

(Baca juga: 30 Tahun dari Sekarang Jumlah Robot Pintar akan Mengalahkan Populasi Manusia, Bagaimana Nasib Kita?)

Tak hanya itu, Wangchuk juga telah mendirikan sebuah sekolah di Ladakh yang disebut SECMOL—kependekan dari Students’ Educational and Cultural Movement of Ladakh.

Sekolah ini memungkinkan murid-muridnya bisa belajar dengan menyenangkan dan praktis alih-alih bertungkus lumus dengan teks dan buku ajar.

Sekolah ini sengaja ditujukan kepada anak-anak yang dianggap “gagal” secara sosial dan akademis.

Ia percaya bahwa menghafal akan membunuh proses belajar dan, pada gilirannya, kepercayaan seorang siswa.

“Jika orang gagal dapat mencapai puncak mimpinya, itu artinya ada yang tidak beres dengan sistem pendidikan kita,” ujar, seperti dilaporkan Flame Buzz.