Find Us On Social Media :

Punya Banyak Peran Besar dalam Perang, Intelijen Militer (Seharusnya) Juga Mampu Cegah Serangan Teroris

By Ade Sulaeman, Kamis, 25 Mei 2017 | 16:20 WIB

Ledakan di Terminal Kampung Melayu

Intisari-Online.com - Berkat informasi intelijen yang sangat akurat upaya untuk meraih kemenangan tempur yang semula dianggap tidak mungkin atau mustahil bahkan bisa ditempuh secara sederhana tapi cerdas sehingga hasil yang bisa dicapai benar-benar optimal.

(Baca juga: Terjadi Dua Ledakan di Terminal Kampung Melayu, Diduga Aksi Bom Bunuh Diri, Lalu Lintas Bus TransJakarta pun Dialihkan)

Motto yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang tidak realistis menjadi masuk akal, rupanya perlu diterapkan dalam kinerja seorang intelijen demi melaksanakan tugas yang kadang merupakan mission imposible itu.

Sebagai contoh kasus ketika pasukan Sekutu berencana melancarkan operasi tempur untuk membebaskan Perancis (Operation Overlord) berdasarkan masukan intelijen ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar operasi tempur secara besar-besaran (D’Day) melalui pendaratan pasukan amfibi itu berlangsung lancar.

Pertama, operasi tempur harus memperhatikan cuaca yang berpengaruh terhadap gelombang laut.

Jangan dipilih ketika gelombang laut sedang tidak ganas karena gelombang yang sedang tenang justru sudah diprediksi oleh musuh sebagai waktu yang tepat untuk melancarkan operasi amfibi.

(Baca juga: Sejarah Aksi Bom Bunuh Diri: Ada yang Jadi Pahlawan, Ada Pula yang Mengganggu Ketenteraman)

Jadi supaya musuh terkecoh laksanakan operasi pendaratan amfibi saat cuaca buruk tapi masih bisa ditoleransi karena dalam cuaca buruk itu musuh tidak berpikir akan diserang dan akibat cuaca buruk itu kesiagaan musuh biasanya melemah.

Akibat cuaca buruk juga akan membuat pesawat-pesawat musuh tidak terbang sehingga operasi pendaratan amfibi lolos dari serangan udara.

Kedua, panglima perang Nazi Jerman yang saat itu bertanggung-jawab terhadap pertahanan semua garis pantai di Perancis adalah Marsekal Erwin Rommel yang dikenal sebagai panglima berpengalaman dan telah membuat pertahanan pantai yang sangat kuat, Atlantic Wall.

Mersekal Rommel juga dikenal sebagai komandan pasukan lapis baja yang brillian dan merupakan tokoh kunci kemenangan pasukan Nazi di berbagai front khususnya Eropa Barat dan Afrika Utara melalui taktik serbuan kilatnya (blitzkrieg) pada awal PD II (1941-1942).

Melalui tim intelijennya, para petinggi pasukan Sekutu kemudian mempelajari semua perkubuan yang digelar pasukan Jerman di sepanjang garis pantai Perancis melalui pemotretan udara.