Find Us On Social Media :

Kampung Pelangi yang Mentalak di Riuhnya Instagram

By Agus Surono, Kamis, 25 Mei 2017 | 10:00 WIB

Kampung Pelangi di Semarang yang menyedot perhatian dunia.

Intisari-Online.com - Di tengah ramainya media sosial, memasarkan sebuah tempat wisata menjadi mudah. Tinggal seberapa lama ia bertahan.

Sebuah kata instagramable, alias bagus untuk dimasukkan ke dalam aplikasi Instagram, seakan menjadi kata kunci.

(Baca juga: Warga Dusun di Semarang Dihebohkan oleh Kedatangan Robot-robot Transformers, Mereka pun Saling Sapa)

Begitulah yang terjadi dengan Kampung Pelangi di Semarang. Tak hanya menarik perhatian pengguna media sosial di Indonesia, namun juga dunia.

The Tiny Rainbow Village That’s Sparking an Instagram Craze, begitu judul soal Kampung Pelangi di Vogue.com yang ditulis oleh Christina Perez pada 14 Mei 2017.

Namun apakah proyek senilai Rp 3 miliar ini mampu meningkatkan taraf ekonomi warga miskin di sekitarnya atau hanya sekedar tren foto Instagram saja?

Kampung Gunung Brintik beberapa bulan yang lalu adalah kampung kumuh yang tak tertata dengan rimbunan tanaman liar dan tembok-tembok merah tak berplester. Letaknya persis di pinggir Kali Semarang dengan kurang lebih 325 rumah. Namun beberapa pekan terakhir, kampung ini berubah rupa, dan juga berganti nama: menjadi Kampung Pelangi yang penuhi warna-warni.

(Baca juga: Kafe Jamban di Semarang Masuk Salah Satu Restoran Terunik di Dunia)

Proyek ini bermula dari rencana perbaikan Pasar Bunga Kalisari yang diinisiasi pemerintah kota tahun lalu. Pasar bunga yang berada persis di depannya itu diharapkan menjadi destinasi wisata baru dengan renovasi sekitar Rp9,6 miliar.

"(Tapi) setelah perbaikan itu selesai pada Desember lalu, kita lihat keindahan pasar tidak didukung oleh perkampungan di belakangnya yang merupakan kawasan kumuh," kata Wali kota Semarang Hendrar Prihadi.

Dari situlah muncul ide untuk melakukan renovasi kampung dengan proyeksi anggaran sekitar Rp3 miliar. Namun proyek ini tidak bisa didukung oleh anggaran pemerintah karena tidak semua rumah di sana tergolong miskin, sehingga pendanaan akhirnya dikumpulkan dari sumbangan, dana CSR perusahaan, hingga uang pribadi.

Menarik perhatian dunia