Penulis
Intisari-Online.com -Belum reda kekhawatiran soal virus komputer ransomware, kini kita harus dihadapkan dengan virus Android yang disebut bisa menguras tabunagn di bank.
Virus Android ini diciptakan oleh sekelompok peretas dengan kode nama Cron. Dilaporkan Kompas.com, negara yang dikabarkan telah terserang virus ini adalah Rusia.
(Baca juga:Nicky Hayden Meninggal Dunia dan Bahaya Menggunakan Earphone saat Bersepeda)
Virus ini bekerja dengan cara menyamar sebagai aplikasi perbankan palsu dan web clients bertema pornografi.
Saat pengguna Android mencari aplikasi perbankan atau hal terkait pornografi secara online, saran pengunduhan aplikasi palsu akan muncul.
Nah, ketika mengunduhnya, kita akan langsung terjangkit virus malware Cron itu. Proses menguras isi rekening pun terjadi secara tersembunyi karena virus ini sanggup menghentikan notifikasi yang berfungsi memberi tahu pengguna.
Sekadar informasi, anggota inti Cron sejatinya sudah ditangkap oleh pihak berwajib pada 22 November tahun lalu. Namun serangan virus malware buatan mereka ternyata telah berhasil menyebar luas di Rusia.
Sebuah perusahaan keamanan cyber Group-IB menemukan bahwa malware Cron telah menginfeksi lebih dari 1 juta smartphone di Rusia. Kecepatan infeksi tersebut berkisar pada 3.500 unit smartphone per hari.
Harap diperhatikan, ada dua hal yang membuat virus Android ini sukses menyerang banyak smartphone.
Pertama, program distribusinya yang berskala besar dan variatif. Kedua, otomatisasi fungsi smartphone yang membuat mereka bisa bekerja tanpa harus terlibat secara langsung.
Virus ini menarget pelanggan Sberbank, Alfa Bank, serta sistem pembayaran online Qiwi. Cron bekerja dengan cara mengeksploitasi layanan transfer SMS.
(Baca juga:Bukan Karena Ilmu Kanuragan, Ini Dia Rahasia Hidup Kecoa Tanpa Kepala)
Kelompok peretas mengirimkan teks berisi perintah transfer uang dari bank-bank tersebut ke salah satu dari 6.000 rekening palsu. Uang yang ditransfer maksimal sebesar 120 dolar AS (sekitar Rp1,5 juta).
Cron juga memotong jalur pengiriman notifikasi dan konfirmasi transaksi, sehingga korban tidak menerima pesan apapun terkait transfer yang terjadi.
Setelah sukses menyerang Rusia, virus ini tadinya berencana menyerang bank-bank Eropa seperti French Lenders Credit, Agricole, BNP Paribas, serta Societe General. Untungnya serangan itu belum sempat terjadi ketika mereka ditangkap.