Penulis
Intisari-online.com - Perseteruan antara Iran dan Amerika terus memanas sejak permintaaan AS untuk menghentikan nuklis Iran dan dilayangkannya sanksi ekonomi.
Hal ini disampaikan oleh politikus Jerman Josef Braml seperti diwartakan oleh Daily Express pada Kamis (30/08).
Dalam komentaranya, ada kemungkinan keputusan Mahkaman Internasional tentang kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara Eropa akan diabaikan oleh AS.
Terlebih, Donald Trump mungkin sudah merencanakan serangan udara dan berencana memukul rezim Teheran dan China.
Baca Juga :Curhatan Via Vallen dan Salah Kaprah Seputar Keperawanan yang Masih Saja Dipercaya
Braml juga menambahkan soal serangan militer: "Ya, saya berasumsi bahwa Amerika akan mengambil tindakan militer terhadap Iran akhir tahun ini.
"Saya tidak bisa membayangkan serangan dengan pasukan darat, agaknya akan ada serangan udara yang ditargetkan untuk menghilangkan kemampuan nuklir Iran."
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa hanya ada dua opsi yang mungkin akan menuntun nasib Iran.
Braml juga menambahkan, "Baik AS, Israel, dan Arab Saudi sepakat bahwa Iran pada prinsipnya mungkin terus mengembangkan kapasitas nuklir, atau tidak."
"Jika tidak, itu akan berarti apa yang dikatakan Senator John McCain dan penasihat keamanan Trump, John Bolton, secara terbuka telah meminta bertahun-tahun lalu untuk menyerang Iran," tambahnya.
Komentar Braml muncul setelah pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khamenei, memperingatkan Presiden Iran Hassan Rouhanie dan kabinetnya.
Bahwa mereka tidak dapat bergantung pada dukungan negara-negara Eropa untuk perjanjian terkait nuklir, setelah AS menarik diri dari perjanjian tersebut.
Khamenei menambahkan, Iran mungkin akan mengambil langkah ekstrem untuk meninggalkan kesepatakan dengan Eropa, karena kurangnya kepercayaan pada kemampuan negara Eropa.
Baca Juga :Punya Bintik Kuning di Sekitar Kelopak Mata? Hati-hati Bisa Jadi Tanda Penyakit Berbahaya!
Khamenei mengatakan, Iran "harus menyerah dari harapan pada Eropa atas masalah ekonomi atau kesepakatan nuklir."
Dia menambahkan: "Kesepakatan nuklir adalah sarana, bukan tujuan, dan jika kita sampai pada kesimpulan bahwa itu tidak melayani kepentingan nasional kita, maka kita bisa meninggalkannya."
Negara-negara Eropa telah bekerja keras untuk menjaga Iran sejalan dengan kesepakatan nuklir dengan memastikan, Teheran tetap menerima manfaat ekonomi dari kesepakatan ini.
Tindakan cepat dari para pemimpin Eropa mengikuti penarikan Donald Trump dari perjanjian bersejarah ini adalah sebuah pukulan bagi Iran.
Baca Juga :5 Hal Buruk ini yang Justru Terjadi Jika Minum Air Lemon Terlalu Banyak
Karena AS menarik diri dari perjanjian itu, Iran telah mengalami masalah ekonomi sebagai akibat dari sanksi yang diterapkan Trump.
Kini Iran juga sedang dalam posisi terdesak akibat kebijakan AS ats nuklir dan sanksi ekonomi yang menyebabkan nilai mata uang rial mereka terus turun.