Penulis
Intisari-Online.com -Mengaku siap hadapi China, Amerika Serikat justru menempatkan jet tempur silumannya, Raptor, tak jauh dari Indonesia, persisnya Australia. Kok bisa?
Penempatan jet tempur paling mematikan milik USAF di Australia itu sebagai antisipasi pergerakan militer China (Tiongkok) di Laut China Selatan sekaligus menciptakan superioritas udara di kawasan Asia-Pasifik.
(Baca juga:Malangnya Didin, Gara Gara Menangkap Cacing Terancam Penjara 10 Tahun)
Hubungan AS dan China akhir-akhir ini kian menegang.
Tak lain, ini terjadi setelah Presiden terpilih AS, Donald Trump menolak kebijakan China yang juga bermakna politis bahwa Laut China Selatan bukan dominasi China demikian juga Taiwan.
Komandan militer AS di Pasifik (US Pasific Command) Laksamana Harry Harris menekankan bahwa kemampuan pertahanan militer AS di Pasifik tidak akan pernah mengendur.
Perjanjian dengan pemerintah Australia untuk menempatkan Raptor juga sudah dilakukan dan ditanggapi secara positif oleh Australia mengingat manuver militer China di Laut China Selatan telah menjadi ancaman nyata bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Ancaman paling nyata dari China di Samudera Pasifik adalah kemampuan rudal balistiknya yang bisa menjangkau wilayah Australia dan juga Indonesia.
China diketahui telah membangun semacam pulau di kawasan Laut China Selatan yang juga merupakan pangkalan militer, yang dilukiskan oleh Laksamana Harris sebagai “Tembok Besar Dari Pasir”.
Di samping kekuatan militer China, ancaman nuklir Korea Utara dan terorisme internasional telah menjadikan AS serta Australia makin bersatu padu untuk memperkuat pertahannnya di kawasan Pasifik.
(Baca juga:Tak Banyak yang Tahu Adolf Hitler Punya Adik Berkebutuhan Khusus)
Selain itu pengaruh China dan Rusia di kawasan Asia Pasifik juga telah membuat militer AS secara global merevisi konsep pertahanan dan sistem operasi militernya.
Apalagi dalam konflik di Suriah, Eropa Timur, dan Alaska, militer AS dan Rusia sudah cenderung saling berhadap-hadapan.
Kehadiran Raptor di Australia salah satunya adalah mencerminkan revisi terhadap operasional militer di Asia Pasifik sekaligus menyongsong potensi ancaman di tahun 2017 dan 2018.
Yang jelas kehadiran Raptor di Australia juga harus diperhitungkan secara cermat oleh militer Indonesia.