Penulis
Intisari-Online.com- Sebuah studi baru melaporkan bahwa antara tahun 1990 sampai 2010 ada 263.000 anak yang dirawat di unit gawat darurat (UGD) rumah sakit Amerika Serikat karena luka di telinga akibat gunakan cotton bud.
Cotton bud ditemukan oleh Leo Gerstenzang pada 1923 dengan nama “Baby Gays”.
Tapi pada 1970-an, beberapa ahli kesehatan memperingatkan konsumen agar tidak menggunakannya pada saluran telinga.
(Baca juga:Seram! Ilmuwan Ini Prediksi Bulan akan Menabrak Bumi dan Membuatnya Jadi Lautan Lahar)
“Dengan sekitar 12.500 anak-anak yang masuk UGD setiap tahunnya atau 34 anak setiap harinya, pesan tersebut sepertinya tidak didengarkan,” ungkap Dr. Kris Jatana, penulis studi sekaligus ahli otopsi anak-anak di Rumah Sakit Anak Nationwide, Colombos, Ohio seperti dilansir livescience.com.
Anak-anak yang datang ke UGD biasanya terkena perforasi drum telinga, luka di jaringan lunak, sampai kerusakan pada tulang pendengarannya.
Diagnosis paling umum karena adanya benda asing di telinga dan di gendang telinga. Cidera seperti ini bisa menyebabkan pusing, infeksi, dan gangguan pendengaran ireversibel.
Dan yang paling parah, anak-anak menggunakan cotton bud sendiri tanpa pengawasan orangtua. “Anak-anak di bawah usia 8 tahun menyumbang dua pertiga dari luka-luka tersebut,” lanjut Jatana.
Untuk itu, Jatana memberikan pesan tentang kebersihan telinga.
“Membersihkan telinga adalah sesuatu yang tidak perlu dilakukan. Sebab, telinga bisa membersihkan diri sendiri dari kotoran.”
“Ini memanglah sifat pelindung, pelumas, dan antibakteri dari telinga normal.”
(Baca juga:Awas Ransomware, Jangan Langsung Menghubungkan Komputer dengan Jaringan Internet Kantor)
Dengan hasil studi dan penjelasannya, saya berharap kita semua bisa belajar dari jumlah korban luka dan membantu menasehati anak-anak dan orangtuanya bahwa membersihkan telinga dengan cotton bud bukanlah sesuatu yang harus dilakukan.
Ayo mulai dari sekarang berhenti membersihkan telinga dengan cotton bud!