Find Us On Social Media :

Demi Anaknya Bersekolah, Ibu Ini Rela Gendong Pergi Pulang

By Agus Surono, Kamis, 11 Mei 2017 | 21:30 WIB

Yuliati menggendong anaknya Dio yang menderita lumpuh layu.

Intisari-Online.com – Kasih ibu sepanjang masa. Itulah peribahasa yang kita terima sejak kecil.

Hal itu memperoleh pembenaran pada diri Yuliati Asifa Ningsih (36), yang dengan kasih sayangnya menggendong anaknya Dio Eka Saputra (12) pergi pulang sekolah.

Dio adalah murid kelas IV di SD Negeri 1 Senden, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Ia menderita lumpuh layu akibat kerusakan saraf dan melemahnya otot kaki (guillain-barre syndrome).

Penyakit yang dialami Dio bermula ketika dia masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Saat hendak mengikuti lomba lari, terlihat cara lari Dio tidak normal.

Dio lalu diperiksakan ke dokter dan ternyata memang ada kelainan. Ketika Dio masuk di kelas 1 SD, ia tidak bisa lagi berjalan dengan lancar. Setiap kali berjalan Dio harus dipapah oleh orang lain, atau dengan cara berpegangan pada benda lain seperti tembok.

"Sakit jika dipaksa buat jalan. Seluruh badan sakit," ucap Dio menuturkan kepada Antara.

Yuliati kemudian menuturkan bahwa penyakit yang diidap Dio bersifat genetis. Salah satu paman Dio mengalami kelumpuhan serupa dan meninggal dunia beberapa tahun silam.

Dari hasil rontgen, terlihat susunan otot di kedua kakinya tidak ada, hingga seakan di kaki hanya terdapat tulang saja. Rumah sakit angkat tangan karena tidak ada penanganan medis yang dapat membuat Dio kembali normal.

Satu-satunya cara Yuliati menyambung harapan putra tercintanya adalah dengan terus mengantar ke sekolah. Meski harus menggendong Dio yang beratnya tidak lagi ringan dan kemudian memboncengkannya menggunakan sepeda motor ke sekolah yang berjarak sekitar dua kilometer.

"Sejak kelas IV sebenarnya sudah tampak ada gejala kelainan, namun belum separah setahun terakhir," tutur Kepala SDN 1 Senden Sumardjadi.

Ia mengaku sudah mendapat penjelasan dari dokter yang menangani Dio, dan mendapat masukkan agar memberi perlakukan khusus pada siswa penderita lumpuh layu tersebut mengingat harapan hidupnya yang diprediksi tidak panjang.