Penulis
Intisari-Online.com – Meski berada di tengah Denpasar, Monumen Bajra Sandhi tidak terlalu dikenal oleh warga Bali sendiri. Pengunjung monumen umumnya dari luar Bali, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Monumen ini memamerkan sejarah perjuangan rakyat Bali dari zaman prasejarah hingga pascakemerdekaan.
Monumen perjuangan rakyat Bali ini berlokasi di Renon, Denpasar, persis di depan Kantor Gubernur Bali.
Dari luar bentuk monumen ini cukup unik, seperti genta. Bagian bawah monumen seperti kubah dengan puncak menjulang seperti bagian genta yang biasa dipegang.
Menggunakan batu paras hitam, monumen yang dibangun sejak 1988 ini terlihat kokoh. Sebelum masuk ke dalam monumen, sebaiknya Anda terlebih dahulu berfoto dengan background monumen tersebut.
Usai berfoto-foto, Anda bisa masuk museum seluas hampir 5.000 m2 ini.
Monumen ini terdiri atas empat tingkat. Paling bawah untuk parkir, kedua untuk kantor dan ruang pameran foto, ketiga untuk diorama, dan terakhir menara pantau.
Setelah melewati pintu masuk utama, Anda akan melihat kolam mengeliling tangga menuju tingkat yang lebih tinggi.
Ikan-ikan emas berwarna merah muda di kolam ini menjadi hiburan tersendiri. Pengelola museum menyediakan pakan ikan Rp 1.000,- per bungkus bila Anda ingin memberi makan ikan-ikan tersebut.
Usai memberi makan ikan, sebaiknya Anda masuk ke ruang pameran foto. Di ruangan ini dipamerkan aneka foto sejarah perjuangan Bali pada zaman kolonial.
Yang tertua adalah foto Raja Buleleng, I Gusti Jelantik, yang diasingkan Belanda. Foto dibuat pada tahun 1872.
Sekitar 70 foto berukuran 20R di ruangan itu memberikan gambaran bagaimana Bali pada saat dijajah Belanda. Selain foto-foto para raja yang biasanya jadi tawanan perang Belanda, Anda juga dapat melihat foto suasana hari per hari perang besar di Bali, yaitu Puputan Badung, pada September 1906.
Foto-foto itu memperlihatkan pasukan Belanda sejak mendarat hingga ratusan prajurit Kerajaan Badung yang gugur setelah perang besar (puputan).
Dari ruang pamer foto, Anda bisa melihat sejarah Bali dalam bentuk tiga dimensi di ruang diorama. Ruang ini ada di lantai tiga dengan penyusunan melingkar seperti bentuk bagian bawah monumen.
Ada 33 diorama masing-masing berukuran 1,5x2 x 1,5 m. Tiap diorama memamerkan satu fase tertentu dalam sejarah Bali. Diorama paling awal, misalnya, menceritakan Bali pada masa perburuan tahun 3000 sebelum masehi (SM).
Setelah itu, diorama berganti-ganti sejarah perundagian Bali, masuknya Hindu ke Bali, pola pembagian zona pura, kehidupan banjar (komunitas adat Bali), dan mulai masuknya Belanda pada tahun 1846.
Setelah masuknya Belanda di Bali, diorama mulai berganti tema tentang perjuangan melawan kompeni. Terlihat, misalnya, I Gusti Jelantik, Raja Buleleng yang menyobek surat dengan keris dan memulai perlawanan pada Belanda, bangkitnya pemuda Bali melawan Belanda, hingga pertempuran di Marga, Tabanan.
Seluruh diorama ditutup pada fase ketika Bali sudah mulai mengenal pariwisata pada tahun 1975.
Menggunakan keterangan dalam tiga bahasa (Bali, Indonesia, dan Inggris) di depannya, tiap diorama bisa memberikan keterangan tentang apa yang diceritakannya. Jadi, meski tak ada pemandu khusus, Anda bisa mendapatkan informasi yang cukup.
Jalan-jalan ke Monumen Bajra Sandhi akan lebih lengkap jika Anda naik ke ruang pantau monumen setinggi 45 m ini. Dari ruang pantau, pengunjung bisa menikmati tak hanya luasnya Denpasar tapi juga Bali bagian selatan.
Do & don’t:
Lokasi: Jin. Raya Puputan, Niti Mandala, Renon, Denpasar
Telepon: 0361-264517
Website: www.baliculturegov.com
Buka : - Pukul 08.30 - 17.00 WITA (Senin - Jumat)
Pukul 09.30 - 17.00 WITA (Sabtu)
Fasilitas pendukung : Tempat parkir, ruang pameran, bale bengong, dan toko cenderamata (hanya menjual kaos).
(Seperti pernah dimuat dalam Where To Go Bali – Intisari)