Ratusan Pengungsi Anak di Swedia Terserang Sindrom Aneh, Menyebabkan Kondisi antara Hidup dan Mati

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Sindrom aneh menyerang ratusan pengungsi anak di Swedia, menyebabkan mereka koma dan seperti tidak ada keinginan untuk hidup.

Intisari-Online.com – Di Swedia, ratusan anak pengungsi dilaorkan menderita kondisi aneh yang dikenal sebagai resignation syndrome atau sindrom pengunduran diri.

Sindrom pengunduran diri ini pertama kali dilaporkan terjadi pada akhir 1990-an.

Lebih dari 400 kasus dilaporkan dalam dua tahun sejak 2003-2005.

Anak-anak yang menderita sindrom ini mengalami kondisi koma, mereka tidak makan, berbicara, bahkan membuka mata.

BACA JUGA:(Foto) Disusun dari Kumpulan AK-47, Beginilah Wujud Singgasana-Singgasana Senjata Ini

Penderita sindrom seperti ini sering tertidur selama bertahun-tahun pada suatu waktu.

Kondisi mereka menunjukkan, mereka telah terlibat dalam semacam kecelakaan atau menderita semacam penyakit neurologis — mereka telah kehilangan keinginan untuk hidup.

Tetapi, penderita sindrom pengunduran diri tidak bermasalah secara fisik.

Di Swedia, kondisi ini dikenal dengan nama uppgivenhetssyndrom, umumnya menyerang populasi muda dan pengungsi dari pecahan Uni Soviet.

Penelitian telah mengaitkan sindrom pengunduran diri dengan stres dan kekecewaan karena klaim suaka ditolak.

Dalam beberapa tahun terakhir, peraturan seputar kasus suaka telah diperketat, dan para pengungsi yang tidak melarikan diri dari zona perang aktif tampaknya ditolak.

Keputusan penolakan ini bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun, meninggalkan pengungsi dalam keadaan tertekan.

Sementara bagi banyak anak, beban penolakan terlalu berat untuk ditanggung, membuat mereka dalam keadaan koma, berada di antara hidup dan mati.

Dokter telah mempelajari kondisi ini dan hasilnya, hanya anak-anak pengungsi yang berasal dari Eropa Timur yang terpengaruh.

BACA JUGA:Inspirasi dari Kisah Hidup Lena dan Leni, Si Kembar Anak Buruh Tani yang Bela Negara di Asian Games 2018

Seorang anak yang tidak disebutkan namanya menceritakan, selama berbulan-bulan di tempat tidur ia merasa seperti berada dalam kotak kaca di dasar lautan.

Anak itu percaya saat ia bergerak atau berbicara, kaca itu akan pecah dan akan menenggelamkannya.

Kondisi ini masih belum sepenuhnya dipahami, beberapa percaya bahwa anak-anak harus dibiarkan dalam keadaan koma, tetapi beberapa percaya sebaliknya.

Karl Sallin, seorang dokter mengatakan seperti dikutip dari BBC, "Cara lain untuk memberi anak-anak harapan adalah dengan memperlakukan mereka dengan benar dan tidak membiarkan mereka terbaring di tempat tidur dengan selang hidung selama sembilan bulan."

Para psikolog menyarankan satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini secara efektif adalah dengan menyediakan keamanan tempat tinggal permanen.

Berita tentang kondisi aneh ini telah menimbulkan kecaman nasional.

Sebagai tanggapan, pemerintah Swedia telah berjanji untuk tidak mendeportasi anak-anak yang menderita sindrom pengunduran diri.

BACA JUGA:Tak Harus Miliki Gelar Sarjana, Google hingga Apple Buka Lowongan yang Utamakan Skill

Artikel Terkait