Find Us On Social Media :

Setelah Skip Challenge, Kini Giliran Blue Whale Challenge yang Renggut Nyawa Anak-anak dan Remaja

By Ade Sulaeman, Rabu, 3 Mei 2017 | 16:00 WIB

Blue whale challenge

Intisari-Online.com – Setelah Skip Challenge yang menghebohkan beberapa waktu lalu, kini dunia media sosial diramaikan oleh tantangan lain: Blue Whale Challenge!

Permainan Paus Biru ini merebak melalui media sosial yang mendorong orang untuk melakukan bunuh diri.

(Baca juga: Untuk Para Orangtua, Inilah Tanda-tandanya Jika Anak Anda Bermain Skip Challenge)

Seorang administrator kelompok memberikan tugas sehari-hari kepada anggota selama 50 hari.

Tugas itu selain mengerikan juga nyleneh, seperti melukai diri sendiri dengan menyilet tangan, menonton film horor, dan terbangun pada jam yang tidak biasa.

Awalnya tugas itu terlihat enteng, namun secara bertahap menjadi lebih ekstrem.

(Baca juga: Orangtua Harus Tahu, Skip Chalenge Hanya Salah Satu Permainan Berbahaya Bagi Anak-anak)

Pada hari ke-50, orang yang mengontrol di balik permainan itu menyuruh anak-anak muda tersebut untuk melakukan bunuh diri.

Seperti yang dilakukan oleh Yulia Konstantinova (15), yang mem-posting gambar paus biru di Instagramnya sesaat sebelum melompat dari atap sebuah apartemen 14 tingkat di wilayah Siberia.

Hal yang sama dilakukan oleh Veronika Volkova (16).

Beruntung bagi seorang remaja putri lain yang berusia 15 tahun. Ia dalam kondisi kritis ketika menjatuhkan diri dari lantai lima flatnya di Krasnoyarsk, Siberia. Hamparan salju mencegah remaja ini dari kematian.

Polisi di Rusia mulai menyelidiki sejumlah kasus bunuh diri yang mereka takutkan terkait dengan permainan daring (online).

Surat kabar investigatif Novaya Gazeta melaporkan bahwa mereka telah mendata ada 130 kasus bunuh diri anak-anak yang terjadi antara November 2015 sampai April 2016.

"Hampir semua anak ini adalah anggota kelompok internet yang sama dan tinggal di keluarga yang baik dan bahagia."

Tapi permainan Blue Whale belum terbukti bertanggung jawab langsung atas kematian-kematian itu.

Dua hari sebelumnya, seorang gadis 14 tahun dari Chita dilaporkan telah melompat dari kereta komuter.

Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun juga diselamatkan dari upaya bunuh diri setelah ia terlihat bertengger di tepi sebuah atap di Lviv, Ukraina.

Dalam semua kasus, penyidik ??negara sedang menyelidiki apakah permainan bunuh diri yang merebak di media sosial telah mempengaruhi anak-anak remaja itu melakukan bunuh diri.

Yulia meninggalkan sebuah catatan yang bertuliskan "End" di halaman media sosialnya setelah dia memajang gambar paus biru besar.

Seorang keluarga berhasil menghentikan seorang gadis berusia 15 tahun yang berusaha bunuh diri, yang kemudian dirawat di sebuah rumah sakit di Barcelona.

Polisi telah menyelidiki tentang fenomena mengerikan yang sedang melanda Rusia, yang sering dikatakan sebagai ibu kota dengan kasus bunuh diri paling banyak di dunia.

Dilaporkan bahwa dua remaja laki-laki ditangkap oleh polisi di tempat kejadian setelah merekam aksi bunuh diri Yulia dan Veronika.

Komite Investigasi Rusia telah membuka sebuah penyelidikan tentang "hasutan untuk bunuh diri" mengenai kematian pasangan tersebut.

Permainan daring yang dijuluki Blue Whale telah dikaitkan dengan lebih dari “130 bunuh diri remaja Rusia”.

Di Krasnoyarsk, penegak hukum baru-baru ini membuka tiga kasus kejahatan hasutan untuk bunuh diri yang melibatkan anak-anak sekolah melalui kelompok-kelompok di media sosial.

Dalam ketiga kasus tersebut, para remaja berhasil diselamatkan.

Seorang direktur sekolah setempat mengatakan kepada polisi bahwa dia menerima sebuah panggilan anonim yang mengatakan bahwa seorang siswa telah bergabung dengan "kelompok kematian" dan berencana segera bunuh diri.

Polisi percaya bahwa Veronika Volkova bunuh diri pada hari Minggu itu setelah dimanipulasi oleh kelompok media sosial yang jahat

Polisi telah menginterogerasi gadis yang menjelaskan bahwa dia telah bergabung dalam "permainan" itu dan diberi "tugas" oleh administrator grup.

Dia tidak mematuhi perintah, seperti menyakiti diri sendiri, namun khawatir bahwa orang lain akan menyakiti dirinya.

Dalam kasus gadis dari Chita, polisi menyakini bahwa permainan tersebut memberi andil dalam kematian si gadis.

Tahun lalu, seorang pemimpin yang diduga bernama Philipp Budeikin (21) ditahan, dan didakwa mengorganisir delapan kelompok antara tahun 2013 dan 2016 yang "mempromosikan upaya bunuh diri".

Sekitar 15 remaja melakukan bunuh diri, dan lima lainnya berhasil diselamatkan.