Demo Buruh yang Diwarnai Ngobong Uwuh

Moh Habib Asyhad

Penulis

Bunga untuk Ahok dibakar para buruh karena dianggap mengotori Jakarta.

Intisari-Online.com -Dalam terminologi atau percakapan bahasa Jawa ada kalimat "ngobong uwuh" atau membakar sampah berupa daun-daunan yang sudah kering.

Di pedesaan di Jawa, khususnya Jawa Tengah atau Jawa Timur mengumpulkan sampah berupa daun kering kemudian dibakar adalah tindakan yang menyenangkan.

Acara “ngobong uwuh” yang juga bercampur kayu-kayu kering itu akan lebih menyenangkan lagi jika sambil membakar singkong atau ubi rambat.

Sambil menunggui api agar tidak menjalar ke tempat yang berbahaya sejumlah orang ngobrol di sekitar perapian dan suasana menjadi makin meriah ketika singkong atau ketela rambatnya sudah matang.

(Baca juga:HABRINK/1, Agen CIA dari Indonesia untuk Memata-matai Uni Soviet)

Di lingkungan Ibukota Jakarta memang jarang ditemui onggokan uwuh yang umumnya terdiri atas daun-daun bambu kering, ranting jati, sengon kering, daun trembesi kering, dan lainnya.

Kalaupun ada biasanya sudah dibersihkan oleh petugas untuk kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Tapi pada demo buruh untuk memperingati Hari Buruh pada Senin (01/05), rupanya para buruh yang secara insting hanya menilai karangan bunga yang terhampar rapi di Balai Kota DKI Jaya sebagai sampah yang sudah kering, muncul “sifat ndesonya”.

Mereka ramai-ramai mengambil sejumlah karangan bunga yang sudah kering itu lalu membakarnya.

Karangan bunga yang sudah kering umumnya memang akan berakhir di tempat sampah dan kemudian dibakar.

(Baca juga:Dianggap Mengotori Ibukota, Bunga Untuk Ahok Dibakar Buruh)

Tapi petugas resmi yang membakar karangan bunga kering itu dipastikan tidak memiliki motivasi terkait kepuasaan atau kekecewaan batin.

Berbeda dengan para buruh yang membakar karangan kering di tengah ibu kota sambil berteriak-teriak untuk menunjukan kepuasan atau justru kekecewaan.

Apalagi mereka mengancam akan membakar karangan bunga lainnya jika Satpol PP DKI tidak segera membersihkannya.

Membakar sampah atau “ngobong uwuh” yang bernuansa politis memang berbeda dibandingkan dengan membakar sampah orang desa sembari membakar singkong.

Pasalnya di sana ada kenikmatan dan keriaan.

Artikel Terkait