Penulis
Intisari-Online.com -Hukum utama di muka Bumi ini adalah keseimbangan. Kontradiksi akan menciptakan suatu kehidupan.
Ada malam ada siang. Ada baik ada buruk. Ada panas ada dingin. Dan seterusnya. Dan sebagainya.
Jika kita merasa salah memilih sesuatu, cobalah untuk melihat dari sisi yang berseberangan.
Pasti kita akan menyadari bahwa kita tidak salah. Benar? Belum tentu. Namun setidaknya kita menjadi bimbang akan kesalahpilihan kita.
Cerita berikut berasal dari seorang teman yang mencoba menerapkan "melihat dari sisi berseberangan". Awalnya tagihan kartu kreditnyabiasa-biasa saja namun ia bermain-main. Harusnya dilunasi namun ia enggan karena uangnya dibutuhkan untuk pos lain.
Sampai akhirnya prinsip bunga berbunga menjeratnya dan ia baru sadar diperbudak oleh cicilan.
Susah payah ia menata keuangannya dan bersyukur akhirnya bisa lunas.
Kapokkah ia menggunakan kartu kredit? Atau seperti teman yang lain sampai menyelotip kartu-kartu kreditnya sehingga susah dipakai? Tidak juga.
Teman saya itu malah keranjingan menggunakan kartu kredit. Andai semua transaksi bisa dikartukreditkan ia akan menggesek terus kartunya.
Dalam upaya melunasi cicilannya tadi, teman saya melihat ada sisi positif penggunaan kartu kredit.
Ya, sistem billing kartu kredit ternyata bisa dimanfaatkan temanku tadi untuk mengontrol pengeluarannya.
Bahkan kini ia bisa melakukancopy pasteuntuk menyusun alur keluar masuknya uang.
Tentu saja, melihat dari sisi lain membutuhkan perubahan sikap yang lain pula. Teman saya itu selalu melunasi setiap tagihan dan menyimpan struk pembayaran kartu kredit di dompetnya.
Setidaknya ia memiliki rem dalam mengendalikan nafsu belanjanya dengan melihat dari tumpukan struk pembayaran kartu kreditnya.
(Baca juga:Masih Berusia 21 Bulan, Bocah Laki-laki Ini Sudah Punya Dorongan Seksual Tinggi dan Mengalami Ereksi)
Kartu kredit akhirnya mirip sebuah pisau. Dia bisa melukai hingga berdarah-darah, namun juga bisa bermanfaat.
Tinggal kita sebagai "tuan" pintar-pintar menggunakannya.