Penulis
Intisari-Online.com - Gempa bumi yang melanda Lombok selama hampir satu bulan terakhir ini sudah terjadi hingga lebih dari 800 goncangan.
Gempa terbesar yang pernah terjadi berkisar pada kekuatan 7,0 SR dan BMKG bahkan sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami yang kemudian dicabut kembali.
Dampak kerusakan gempa Lombok sangat besar. Sebanyak lebih dari 60 ribu rumah rusak ringan hingga berat dan banyak fasilitas publik yang juga hancur.
Namun uniknya, bangunan rumah adat khas Lombok di kampung suku Sasak-Sade masih berdiri kokoh, termasuk pula sebuah masjid terbuat dari kayu dengan desain arsitektur tradisional.
Baca Juga:Ingin Daging Kurban Tahan Lama dan Tetap Aman Dikonsumsi? Ini 8 Tips Jitunya!
Saat bangunan yang terbuat dari bata dan semen dan dinilai kokoh malah hancur karena gempa, justru bangunan kayu sederhana malah berdiri tegak.
Ternyata ada keistimewaan dalam desain rumah adat Lombok yang mirip dengan rumah adat Nias.
Rumah adat Nusantara ini memang memiliki kemampuan tanggap gempa.
Seorang arsitek lulusan Institut Sepuluh November Surabaya, Mohammad Cahyo Novianto, rahasia rumah tanggap gempa khas Indonesia terletak pada kontruksinya yang dapat bergoyang.
Baca Juga:Meski Berbahaya dan Mengancam Nyawa, Ternyata Sebegini Gaji per Bulan si Pemerah Bisa Ular
Misalnya rumah panggung Nias dan rumah adat Nusantara yang lainnya dengan stuktur penyangga tiang vertikal dan diagonal.
Tiang-tiang itu dibuat bertumpu di atas bantalan batu yang biasa disebut umpak.
"Karena rumah jenis ini bisa goyang, saat gempa terjadi, dia goyang-goyang aja mengikuti irama gempa itu," jelas Cahyo dikutip dari Majalah Intisari.
Baca Juga:Hidup Bergelimang Harta, Miliarder Cantik Rusia Ini Sangat Tertekan karena Permintaan Orangtua
Uniknya, tidak hanya satu atau dua daerah saja yang mengadaptasi kontruksi rumah bergoyang ini.
Sebagian besar rumah adat Indonesia menggunakan konstruksi goyang yang hampir sama. Misalnya rumah panggung di Kalimantan dan rumah adat Sumba (Lombok)
Struktur bangunan rumah panggung berbeda dengan bangunan modern yang bersentuhan langsung dengan tanah.
Tiang-tiang rumah panggung akan berperilaku sebagai 'kotak kaku' yang bergerak mengikuti pergerakan tanah.
Sedangkan pondasi di rumah modern dibangun dengan cara menanamnya di bawah tanah. Saat terjadi goncangan, seluruh pondasi akan ikut tergoncang dan merubuhkan bangunan di atasnya.
Apa rahasia rumah panggung bisa bertahan saat terjadi gempa?
Rahasianya ada pada sambungan antar-komponen pembentuk rumah itu sendiri.
Menurut pengamatan Cahyo, rumah kayu khas Nusantara umumnya memiliki tiga jenis sambungan, yakni struktur ikat, knock down, dan hybrid.
Baca Juga:Si Manusia Kebal Itu Akhirnya ‘Kalah’ oleh Daun Kelor dan Batang Padi
Struktur ikat merupakan salah satu cara menyambungkan komponen rumah dengan cara diikat menggunakan rotan.
Sedangkan struktur knock down mengalami modifikasi seperti membuat purus, bolongan, dan coakan pada kayu yang nantinya akan saling mengunci tanpa ditali.
Struktur sambungan hybrid memadukan kedua teknik ikat dan knock down agar rumah semakin kuat.
Selain bisa lebih tanggap gempa, rumah kayu khas Nias dan rumah kayu Nusantara lainnya biasanya juga bisa dibongkar pasang.
Maklum, nenek moyang kita zaman dulu bisa berpindah tempat tinggal dalam tempo singkat tergantung keberadaan lahan.
Canggihnya struktur rumah adat Nusantara juga telah terkenal hingga ke mancanegara.
Menurut seorang arsitek Nusantara, Yori Antar, beberapa peneliti dari Universitas Tsukuba, Jepang pernah mempelajari konstruksi rumah tahan gempa di Nias selama lebih dari dua tahun.
"Orang Jepang saja belajar struktur rumah tahan gempa sampai ke Nias," kata Yori.
Sayangnya, di Indonesia sendiri cara membuat rumah khas Nusantara hanya diajarkan secara lisan dan turun temurun.
Tak heran desain rumah ini mulai banyak ditinggalkan dan punah.
Artikel ini pernah terbit di Majalah Intisari edisi November, 2014.