Bagaimana Menghasilkan Merahnya Lipstik Para Wanita Tanpa Tanaman?

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Intisari-Online.com – Mungkin ada yang belum tahu asal warna merah perangkat lunak wanita ini. Markus G. Subiyakto, dosen biokimia FMIPA UI, menjelaskan asal usulnya, seperti yang dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1991 berikut ini.

Di zaman dulu, wanita di desa memakai ekstrak kulit buah pinang untuk mewarnai bibirnya.

Ada pinang yang menghasilkan warna merah muda dan merah tua. Kalau buat menambah gengsi sebentar, bolehlah.

Soalnya, begitu dipakai agak lama - apalagi kena air - warna itu cepat luntur. Maklumlah, belum ada adonan zat-zat tambahan pengikat dan penstabil warna.

Sekarang, pewarna bibir atau bahasa kerennya lipstick atau lipstik mudah dijumpai. Mulai dari harga yang murah sampai ratusan ribu rupiah per batangnya. Lipstick ini boleh dibilang perangkat lunak yang sering kali dibawa wanita, tenitama wanita bekerja.

Baca juga: Ngeri! Gunakan Lipstik Palsu, Bibir Wanita Ini Terinfeksi dan Bengkak

Menghasilkan zat tanpa ada tanaman

Warna merah pada lipstick biasanya diperoleh dan akar tanaman yang namanya Lithospermum erythrorhizon. Zat warna yang dihasilkannya disebut shikonin. Tanaman tersebut banyak dibudidayakan di RRC, Korea dan Taiwan.

Setelah usia 2 - 3 tahun, akar tanaman dipanen, lalu diekspor ke Jepang untuk diambil zat warnanya. Akar tanaman yang kering ini harganya AS $ 15 per kg.

Zat wama shikonin cukup mahal, AS $ 4 per kg. Harga tinggi ini menyebabkan beberapa peneliti berpikir keras. Apakah bisa memperpendek usia tanaman, tapi kandungan zat wamanya sama. Ataukah ada cara lain yang lebih menguntungkan?

Baca juga: Bukan Cuma Lembapkan Kulit, Vaseline Juga Punya 10 Manfaat Lain, Termasuk Hilangkan Noda Lipstik pada Pakaian

Daripada menunggu lama waktu panen akar itu, maka dikembangkan teknik pembiakan sel jaringan dalam reaktor memakai medium cair, dan diaduk merata selama beberapa hari. Jaringan sel ini akan berkembang biak dan memproduksi zat yang kita inginkan.

Teknik ini berbeda dengan pembiakan jaringan sel memakai medium padat (ada agar-agarnya) guna menghasilkan kalus (bakal calon tanaman). Jadi, untuk mendapatkan shikonin, kita tidak perlu menumbuhkan tanaman secara lengkap, ada akar, batang dan daun.

Penemuan ini bermula dan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Mamoru Tabata dan Prof. Yasuyuki Yamada di Fakultas Farmasi, Universitas Kyoto, Jepang, pada tahun 1974.

Mereka menemukan adanya shikonin pada kalus Lithospermum erythrorhizon. Penelitian ini lalu dilanjutkan oleh Yasuhiro Fujita dan rekan kerjanya dari pusat riset perusahaan Mitsui Petrochemical Industries di Jepang.

Baca juga: Nong Rose, Atlet Thai Boxing yang Hebohkan Thailand karena Suka Gunakan Bra dan Lipstik di Atas Ring

Penelitian yang dilakukan tahun 1981 itu memberi andil yang cukup besar, yaitu ditemukannya medium pertumbuhan yang paling cocok guna menghasilkan shikonin dalam jumlah banyak. Demikian pula pemberian hormon tanamannya.

Sumber nitrogennya harus cocok

Untuk berbagai keperluan metabolisme, sel-sel tanaman perlu nitrogen. Nah, ternyata sumber nitrogen yang cocok buat medium pertumbuhan sel-sel tanaman ini yaitu nitrat.

Kalau ada nitrat, maka shikonin bisa dihasilkan. Tapi, bila sumber nitrogennya diganti, misalnya dengan amonium, maka shikonin tidak diproduksi.

Baca juga: Wow! Bukan dengan Kuas, Perempuan Ini Melukis Menggunakan Alat Lipstik

Apabila amonium dicampur nitrat, shikonin juga tidak diproduksi. Padahal zat dari tanaman lain bisa dihasilkan bila sumber nitrogennya dari amonium.

Jadi, harus hati-hati, salah ambil sumber nitrogen, sel tanaman itu bisa ngambek, tidak mau menghasilkan shikonin.

Sel-sel jaringan tanaman itu dimasukkan dalam reaktor selama 21 hari, suhu diatur 25°C dan diaduk. Diberi medium dan hormon tertentu serta diatur pemasukan cahayanya.

Setelah 21 hari, sel-sel dipisahkan dari medium dan dikeringkan. Shikonin itu diekstraksi dengan alkohol (etanol).

Baca juga: Bukan untuk Menarik Perhatian Pria yang Jadi Alasan Wanita Membeli Lipstik

Hasilnya bukan main. Hanya selama 21 hari, diproduksi shikonin sebanyak 14% berat kering sel. Sedangkan dari akar tanaman yang tumbuh selama 2 – 3 tahun, hanya dihasilkan shikonin sebanyak 1 – 2% berat kering akar.

Produksi komersial memakai metode ini dimulai tahun 1984 oleh perusahaan Mitsui Petrochemical.

Semua ini merupakan sumbangan dari pengembangan bioteknologi pertanian. Apabila kita amati perkembangan penelitian shikonin ini, ternyata sesuai dengan pepatah yang ditulis oleh Edward Teller yaitu ilmu pengetahuan pada hari ini akan menjadi teknologi pada hari esok.

Siapkah kita memanfaatkan peluang teknologi yang sudah ada ini?

Baca juga: Bosan dengan Lipstik Biasa? Bagaimana dengan Lipstik yang di Dalamnya Terdapat Bunga Sungguhan?

Artikel Terkait