Apakah dengan Meremehkan Pekerjaan Orang Lain Kita Bisa Melakukan yang Lebih Baik?

Moh Habib Asyhad

Penulis

Jangan Pernah Meremehkan Diri Kita Sendiri

Intisari-Online.com – Ada seorang tua yang tinggal di sebuah desa pada lereng pegunungan.

Orang tua tersebut sudah lama bekerja sebagai penjaga kebersihan, yang dibayar oleh Pemerintah setempat.

(Baca juga:Tak Ditemani Ibu Saat Sakit, Anak Putri Keraton Solo: Kraton Itu Istana atau Penjara?)

Tugasnya adalah membersihkan dedaunan dan kotoran dari mata air serta sungai-sungai yang mengalir didesanya.

Dengan setia dan tanpa banyak bicara, ia berpatroli di bukit-bukit, membuang daun, ranting, dan cabang-cabang pohon, serta lumpur yang menghambat aliran air. Lama-lama kelamaan, desa itu menjadi tempat yang dikenal banyak orang dan menjadi salah satu tempat tujuan wisata.

Angsa yang anggun berenang di aliran sugai bening, tanah pertanian dengan irigasi alamiah, barbagai tempat usaha dan restoran, serta lampu-lampu aneka warna, semakin memperindah pemandangan desa tersebut. Tahun demi tahun pun berlalu. Di suatu sore pemerintah desa tersebut mengadakan rapat tahunan.

Dan ketika mereka meninjau kembali pengeluaran selama ini, salah seorang memperhatikan adanya uang yang dibayarkan untuk seorang penjaga kebersihan. " Siapa orang ini? Mengapa kita terus membayarnya dari tahun ke tahun? Kita pun tidak pernah melihat dia melakukan pekerjaannya, bukan? Kita rasa kita sudah tidak lagi memerlukannya,” kata salah satu anggota di rapat itu.

Maka mereka semua yang hadir pun sepakat untuk tidak lagi mempekerjakan orang tua tersebut. Selama beberapa minggu, tidak ada sesuatu yang berubah.

Namun menginjak satu bulan setelah orang tua itu tidak lagi di izinkan bekerja oleh pemerintah desa, mulai terlihatlah dedaunan di sana sini, ranting-ranting yang berjatuhan dan kemudian mulai menghambat aliran air.

(Baca juga:Berani Mengatakan Tidak! 1 dari 10 Kebiasaan Orang yang Punya Mental Sekuat Baja)

Air sungai yang tadinya sangat bening, kini mulai nampak keruh, hingga pada akhirnya mulai juga tercium bau tidak sedap dari aliran air tersebut.

Angsa-angsa yang indah yang tadinya berenang riang gembira di sungai itu, kini telah pergi, hingga akhirnya berbagai penyakit pun melanda desa karena kebersihan yang tidaklah sempurna seperti dahulu.

Menyadari keputusan mereka yang salah beberapa waktu lalu, akhirnya Pemerintah desa kembali memanggil dan mempekerjakan orang tua penjaga kebersihan itu.

Dalam waktu beberapa minggu, air sungai menjadi bersih kembali, dan segalanya berjalan lancar seperti sedia kala.

Warga desa pun bergembira dan terlihat sukacita serta damai sejahtera memenuhi hati mereka, tatkala mereka melihat desa mereka menjadi bersih kembali. Terkadang kita terlalu cepat dan salah dalam menduga, serta gegabah dalam bertindak. Ada orang-orang yang kita pandang tidak begitu penting kehadirannya dan apa yang dikerjakannya.

Mungkin kita juga sering merendahkan seseorang dengan berkata, “Tanpa kamu pun saya bisa melakukan dan mengerjakannya sendiri. Tanpa kamu pun segalanya tetap akan berjalan dengan baik.”

(Baca juga:Hadapi Ancaman Korut, AS Kirim Kapal Selam Bertenaga Nuklir dan Dilengkapi Senjata Pemusnah Massal)

Apakah dengan meremehkan pekerjaan seseorang, lantas kita dapat melakukannya lebih baik? Sekalipun tidak. Sudah seharusnya kita dapat mencontoh teladan yang diberikan kepada kita.

Kita dapat belajar untuk senantiasa menghargai setiap orang dan apa yang sudah mereka lakukan. Masing-masing dari setiap pribadi kita memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itulah kita saling melengkapi. (*)

Melalui kisah diatas, kita dapat belajar untuk senantiasa menghargai setiap orang dan apa yang sudah mereka lakukan. Masing-masing dari setiap pribadi kita memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu saling melengkapilah dengan orang lain dalam Kasih Tuhan. " Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. " ( GALATIA 6 : 4 ) Tuhan juga sudah mengingatkan kita, agar kita memandang orang lain lebih penting dari pribadi kita, dan tidak sekali-kalipun kita diperbolehkan melihat kelemahan orang lain. Namun senantiasa menghargai setiap jerih lelah orang lain untuk kebaikan bersama, karena keragaman keahlian akan semakin memperkaya sebuah karya Kasih Tuhan kepada sesama. Amin. *" Bersyukurlah dan bertidak bijaksanalah untuk apa adanya pribadi kita sekarang dan tetaplah berjuang untuk menjadi apa yang kita inginkan hari esok. "*

Artikel Terkait