Find Us On Social Media :

Mengalahkan Rasa Takut Kalah Itu Mudah? Para Atlet Justru Gunakan Jasa Psikolog atau Guru Spiritual

By Ade Sulaeman, Selasa, 25 April 2017 | 08:00 WIB

Bersiap Hadapi Kekalahan

Intisari-Online.com – Atlet yang akan dan sedang berlaga sering kali dihinggapi ketegangan, rasa takut kalah, serta tak sanggup mengatasi gangguan dari luar. Beban mental seperti inilah yang acap membuat prestasi atlet lebih jelek dibandingkan ketika latihan.

(Baca juga: Jangan Bersaing, Salah Satu Langkah Awal Memulai Olahraga Lari)

Beberapa atlet top dunia mengaku melakukan latihan-latihan mental tertentu untuk mengatasi hambatan itu.

Michael Stich, petenis nomor dua dunia asal Jerman, biasanya dengan meregangkan tangan. Sementara Carl Lewis, sprinter asal AS, dengan bermeditasi.

Cara yang mereka lakukan memang macam-macam, tapi tujuannya sama: mengatur keseimbangan jiwa (mental) dan raga supaya mencapai prestasi prima.

Dengan keseimbangan itu apa yang sanggup mereka lakukan pada saat latihan juga bsia dilakukan pada saat bertanding.

(Baca juga: Harapan Seorang Anak terhadap Orangtuanya, Ketika Anak Kalah Bersaing dari Smartphone)

Untuk mencapai hal itu tentu dibutuhkan latihan, misalnya autogenen (latihan rileks untuk diri sendiri), zen, biofeedback, crtau yoga. Pokoknya, semua bentuk latihan untuk mencapai keseimbangan jiwa dan raga.

Sebab di luar faktor fisik, aspek mental bisa mempengaruhi teknik yang berperan penting dalam olahraga.

Walaupun sudah diakui manfaatnya di mana-mana, banyak atlet enggan mengakui dirinya menjalani latihan seperti itu karena mereka tidak mau dianggap “main belakang”.

Di antara beberapa atlet yang mau mengakuinya ialah Carl Lewis dengan memperlihatkan surat-surat dan percakapannya dengan Sri Chinmoy, guru meditasi asal Bangladesh yang kini bermukim di New York.

Lewis sering ditegur keras oleh Chinmoy seperti sehabis final lari 100 m di Olimpiade Seoul 1988, "Kemarin di final kamu tertinggal oleh Ben Johnson pada jarak 72 - 75- m. Kamu bukannya meneguhkan keinginanmu, malah melirik Ben Johnson. Tujuan kamu bukan lagi garis finis tapi Ben Johnson."