Penulis
Intisari-online.com - Kamera mungkin adalah bentuk nyata dari sebuah mesin waktu.
Tanpa kamera, kita tidak bisa menghentikan waktu, merekam momen, untuk diabadikan lalu diperlihatkan pada generasi selanjutnya.
Itulah alasan, mengapa foto adalah sebuah dokumen penting, apa lagi foto-foto tersebut menunjukkan momen dan peristiwa penting pada masa lalu.
Mungkin sosok Frans Soemarto Mendur juga menjadi sosok yang sangat layak dikenang oleh publik Indonesia.
Baca Juga :Heroik, Bocah Ini Selamatkan Upacara Pengibaran Bendera Setelah Nekat Panjat Tiang Bendera
Baca Juga :Tak Lama Setelah Upacara di Istana Usai, Anggota Paskibraka Ini Jatuh
Beliau adalah salah satu dari para fotografer yang mengabadikan detik-detik proklamasi kemerdekaan Indoensia pada 17 Agustus 1945.
Frans Mendur bersama sengan saudara kandungnya, Alex Impurung Mendur, mereka adalah dua orang yang berjasa besar dalam mengabadikan momen penting tersebut.
Karya-karyanya inilah yang selanjutnya menjadi saksi sejarah kemerdekaan Indonesia pada 1945 silam.
Hingga yang tersisa adalah foto-foto dari Frans, yang diterbitkan pertama kali oleh Harian Merdeka pada 1946 silam.
Baca Juga :Berkat Foto-foto Ini, Kita Seolah Bisa Melihat Langsung Momen-momen Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Salah satu foto Frans yang terkenal adalah foto Bung Karno ketika membaca teks proklamasi.
Jika dilihat dari kamera yang digunakan Frans saat itu sebenarnya, keluarga Mendur bukanlah fotografer sembarangan.
Sebab ia menggunakan kamera Leica berukuran kecil yang pada saat itu digunakan oleh wartawan foto di Eropa pada 1937.
Pasca memotret momen sakral tersebut, Frans menjadi satu-satunya orang yang mengabadikan peristiwa bersejarah itu.
Sebab kakaknya Alex ditangkap oleh tentara Jepang, lalu foto-fotonya di musnahkan oleh pihak Jepang.
Getirnya lagi waktu itu Frans juga nyaris di tangkap oleh tentara Jepang, foto Bung Karno saat membacakan naskah proklamasi nyaris di rampas Jepang.
Namun, Frans mengaku film negatif tersebut telah diambil oleh barisan pelopor.
Padahal negatif foto yang dipegang Frans saat itu berisi peristiwa yang sangat penting ia menyembunyikan dengan cara menguburnya di tanah, dekat sebuah pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya.
Kalau saja saat itu negatif film tersebut dirampas oleh tentara Jepang.
Maka kemungkinan besar yang terjadi adalah generasi sekarang dan generasi yang akan datang tidak akan pernah tahu, seperti apa peristiwa sakral tersebut berlangsung.