Kartini: Jika Murid Ditertawakan, Mereka Akan Tutup Mulut, dan Tutup Mulut Diikuti Tutup Hati!

Ade Sulaeman

Penulis

patung kartini

Intisari-Online.com - Setiap orang mengetahui, dan merasai, betapa sedikitnya bantuan medis yang bisa diperoleh di Hindia-Belanda.

Pegawai dan guru mestinya bisa membantu dalami hal ini.

Di sekolah pangreh praja dan guru selayaknya diberi pelajaran baru sebagai tambahan: ilmu kesehatan dan membalut.

Pernah ada seorang anak tergilas trem; dokter terdekat dengan tempatnya lebih daripada dua jam perjalanan; si anak memang dibawa ke sana, tetapi dia mati kehabisan darah di tengah jalan, hanya karena tidak ada orang yang tahu cara membalut luka.

Pimpinan masyarakat hendak nya membagi pengetahuan mereka mengenai kesehatan dan kebersihan kepada kepala-kepala desa, sehingga di desa bukan tidak ada apa-apa, melainkan ada sesuatu.

Guru di sekolah pun harus mengajarkan pengetahuan mereka mengenai kesehatan kepada murid-murid mereka.

Di sekolah pangreh praja dan guru harus ada perpustakaan yang lengkap, kalau bisa, dengan buku-buku dalam tiga bahasa: Jawa, Melayu, dan Belanda.

Perpustakaan itu seyogyanya berisi buku-buku yang mengembangkan akal dan: budi, memberi pangan jiwa, merangsang dan memperkaya pengetahuan.

Sedapat mungkin murid dirangsang cinta mereka kepada kesusastraan.

Tapi agar menghasilkan buah, kesusastraan haruslah dibaca dengan bimbingan guru yang juga mempunyai apresiasi terhadap kesusastraan.

Apa pun yang dibaca mestilah juga dibicarakan.

Pertukaran pikiran dan pendapat di antara sesama murid mestilah dirangsang.

Kalau perlu, adakan "malam bicara" di bawah pimpinan guru, untuk membicarakan hal dan ihwal yang penting-penting.

Orang-orang muda itu biarlah memikirkan; dan kemudian di kesempatan berikutnya menuangkan pikirannya.

Jangan ditertawakan jika mereka mencanangkan teror yang aneh-aneh; tapi bantulah mereka, bimbinglah mereka dengan kasih sayang yang lembut dan tegas.

Jika mereka ditertawakan, seterusnya; mereka akan tutup mulut, dan tutup mulut diikuti tutup hati!

Mereka harus diajari berpikir mandiri.

Seperti sudah sering dikatakan: tugas guru rangkap: pengajar dan pendidik.

Tanggung jawab kependidikan mereka juga rangkap: di bidang akal dan di bidang pekerti.

(Artikel ini pernah dimuat di majalah Intisari edisi April 1984 dengan judul Andaikata Kartini Menjadi Anggota DPR)

Artikel Terkait