Find Us On Social Media :

Jika Ingin Menang Perang, AS Harus Pintar Manfaatkan Kelengahan Korut dengan Serangan Dadakan

By Agustinus Winardi, Jumat, 14 April 2017 | 13:27 WIB

serangan dadakan menggunakan rudal

Intisari-Online.com - Serangan dadakan (pre-emptive strike) yang dilancarkan sebelum pasukan musuh menyiagakan pasukannya untuk memenangkan pertempuran merupakan taktik dan strategi perang yang dijamin selalu berhasil.

Umumnya pasukan yang akan berperang susah payah mengumpulkan personel dan persenjataan dalam waktu lama. 

Lalu kalau semua persenjataan dan personel sudah siap dan hanya melancarkan perang urat saraf tapi tidak segera melakukan aksi justru memiliki kelemahan fatal. Seperti militer Korut yang hanya main ancam terhadap AS dengan menggunakan rudal nuklirnya.

Padahal selama ini pasukan Korut selalu mengambil inisiatif dalam perang seperti Perang Korea (1950-1953), menggempur pulau Yeonpyeong Korsel (2010), menembakkan meriam altileri ke perairan Korsel saat pasukan AS-Korsel latihan perang (31/3/2014), kembali menembakkan meriam altileri ke wilayah Korsel (20/2/2016), dan melakukan sejumlah uji coba ledakan nuklir (2016-2017).

Korut bahkan berani menganggap atau meremehkan jika kekuatan militer AS dan Korsel lemah.

Meremehkan pasukan musuh sebenarnya marupakan kelemahan fatal bagi strategi tempur. Apalagi jika pasukan dan persenjataan sudah disiapkan tapi para petinggi yang memegang kendali tempur masih sibuk membahasnya.

Mereka bahkan masih mendebatkan strategi tempur paling tepat dan mengabaikan pasukan musuh yang sebenarnya sudah siap menyerang.

Dalam posisi seperti itulah komando tempur tertinggi memiliki kelemahan fatal karena tidak segera menyerang dan kondisi kekuatan tempurnya malah seperti angsa yang sedang tidur (sitting duck).

(Baca juga: Amerika Serikat Siap Serang Korea Utara, Ada Apa Ya?)

Padahal pada saat yang sama, pasukan lawan yang hanya mengerahkan pasukan terbatas sedang bergerak cepat melancarkan serangan dadakan.

Jika pada  serangan dadakan gelombang pertama itu para petinggi yang pemegang kendali dan strategi tempur, serta persenjataan yang masih ‘’tidur’’  berhasil dilumpuhkan, maka semuanya menjadi ikut tidak berdaya.

Kendali dan komando tempur sudah hilang sehingga kesempatan untuk melakukan serangan balasan, apalagi memenangkan peperangan dan  menguasi wilayah lawan jadi gagal total.

(Baca juga: Siap Hadapi Gempuran AS ke Korea Utara, China Kerahkan 150 Ribu Pasukan ke Perbatasan)

Jadi serangan pre-emtive strike alias serangan dadakan kuncinya adalah kemampuan menyerang lawan ketika sedang dalam kondisi paling  lengah, sedang tidak siap tempur, meskipun sudah menggelar persenjataan dalam jumlah besar. Bahkan lebih besar dari jumlah persenjataan  musuh yang menyerang.