Find Us On Social Media :

Sunan Bonang, Wali yang Membujang dengan Empat Makam, Mana yang Benar?

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 13 April 2017 | 17:20 WIB

Makam Sunan Bonang

Intisari-Online.com - Pernah berziarah ke makam Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur? Jika Anda benar-benar serius mau mencarinya, tempat yang disebut sebagai makam Sunan Bonang sejatinya tak hanya satu tapi empat--termasuk satu petilasan.

Berdasarkan cerita tutur yang beredar, Sunan Bonang (nama asli Maulana Maqdum Ibrahim) adalah putra Sunan Ngampel Denta (Sunan Ampel) dari istrinya bernama Nyi Ageng Manila (sumber lain menyebut Dewi Candrawati, putri Majaahit). Sunan Bonang diperkirakan lahir antara 1440 atau 1465, dan meningal 1525.

(Baca juga: Makam Misterius Berbentuk Piramida Ditemukan di Lokasi Konstruksi di Tiongkok)

Kembali ke soal makam, seperti disebut di atas, setidaknya ada empat tempat yang disebut sebagai makam Sunan Bonang (itu jika petilasan juga dimasukkan). Tempat pertama, dan yang paling populer, adalah yang berada di belakang Masjid Agung Tubang.

Lokasi kedua terletak di sebuah bukit di pantai utara Jawa, antara Rembang dan Lasem—ini berupa petilasan. Orang-orang mengenal tempat ini sebagai Mbonang. Di kaki bukit ini kono juga terdapat makam Sunan Bonang, tanpa cungkup, tanpa nisan, hanya ada tanaman melati.

Tapi orang-orang lebih mengenal tempat yang di atas bukit. Di sana, ada batu yang disebut sebagai tempat untuk salat yang juga ada jejak kaki Sunan Bonang. Menurut cerita yang beredar, kesaktian Sunan Bonang membuat batu itu melesat ke atas bukit.

Situs itu berdampingan dengan makam Putri Cempo (Cempa, Campa) dan ini terjelaskan oleh cerita tutur bahwa Sunan Bonang adalah Putra Sunan Ngampel Denta yang berasal dari Cempa.

Lokasi ketiga adalah makam Sunan Bonang di Tambak Kramat, Pulau Bawean, Jawa Timur. Ada dua makam yang dipercaya sebagai makam Sunan Bonang di sana. Dua-duanya terletak di tepi pantai.

Dari dua makam itu, hanya satu yang tampak lebih terurus, ada rumah-rumahan yang diberi kelambu khusus di atasnya. Sementara makam satunya statusnya masih simpang siur; antara apakah itu benar-benar makam Sunan Bonang atau makan seorang pelatu dari Sulawesi yang terdampar di sekitar Bawean.

Menurut buku Islamisasi di Jawa: Walisongo, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad (2000), konon, setelah Sunan Bonang wafat di Bawean, murid-muridnya di Tuhan menghendaki agar Sunan Bonang dimakamkan di Tuban, tetapi para santri di Bawean menolaknya.

Ada cerita, santri-santri Sunan Bonang di Bawean kena sirep oleh mereka yang datang dari Tuban malam-malam.

Sementara lokasi keempat adalah sebuah tempat bernama Singkal di tepi Kali Brantas di Kediri. Dari tempat itu, seperti dipaparkan oleh Babad Kadhiri, Sunan Bonang melancarkan dakwah tetapi gagal mengislamkan Kediri.

Dari empat lokas itu, manakah yang benar, para ahli sejarah punya klaimnya masing-masing—tentu saja berdasarkan bukti-bukti yang mereka miliki. Kita, terserah mau ikut versi yang mana.