Tak Ada Lagi Polusi! Kereta Bertenaga Hidrogen Ini Hanya Hasilkan Air dan Uap sebagai Zat Buangnya

Ade Sulaeman

Penulis

Hydrail, kereta bertenaga hidrogen ciptaan Alstom

Intisari-Online.com – Bayangkan menaiki kereta yang menggunakan air sebagai bahan bakarnya, terlihat seperti khayalan bukan? Faktanya, kereta seperti ini sudah menjadi kenyataan.

Pada bulan maret lalu, Jerman telah melakukan beberapa uji coba yang berhasil untuk “Hydrail,” yaitu kereta yang bertenaga hydrogen, dan sama sekali tidak menghasilkan emisi.

“Kereta ini 60% lebih sunyi dibandingkan kereta yang bertenaga diesel, serta benar-benar bebas emisi,” ujar Jens Sprotte, dari Alstom, perusahaan pembuat kereta ini.

(Kereta Cepat Korsel Mampu Melesat 1000 km per Jam)

“Kecepataan dan kemampuannya untuk mengangkut penumpang sama dengan performa kereta bertenaga diesel,” tambahnya.

Bunyi yang dihasilkan dari kereta ini hanyalah berasal dari bunyi roda kereta, dan hambatan angin.

Prinsip kerja Hydrail sama dengan kereta bertenaga diesel, namun hanya mengganti dari diesel menjadi hydrogen sebagai bahan bakarnya.

Sel bahan bakar yang berada di atas kereta menggabungkan hidrogen dan oksigen untuk menghasilkan listrik, yang kemudian listrik tersebut ditransfer ke baterai lithium ion.

Sisa energi yang tidak terpakai pun dapat disimpan untuk perjalanan selanjutnya, sehingga meningkatkan efisiensi bahan bakar,

Emisi yang dihasilkan oleh kereta ini hanyalah uap dan air, sehingga meminimalisir dampak terhadap kerusakan lingkungan.

“Emisinya sangat bersih, sampai-sampai kita dapat menghirupnya,” ujar Stefan Schrank, manajer proyek Alstom.

Lima negara bagian di Jerman telah menandatangani letter of intent (surat resmi bisnis) untuk membeli sebanyak 60 kereta dari Alstom.

(5 Bencana Kereta Paling Mematikan dalam Sejarah)

Kereta ini bisa menempuh jarak 800 km per harinya, dan berkapasitas 300 penumpang. Hydrail akan mulai beroperasi pada awal 2018 nanti.

Alstom berharap, kereta ini akan menggantikan seluruh kereta yang bertenaga diesel di Jerman dalam kurun waktu lima hingga dua puluh tahun.

Tidak hanya Jerman, namun Belanda, Denmark, Norwegia, dan Britania Raya juga tertarik untuk mulai menggantikan keretanya dengan Hydrail.

Artikel Terkait