Find Us On Social Media :

Peringatan Salah Satu Bank Terbesar di Dunia: Bumi Akan Kehabisan Sumber Daya untuk Mempertahankan Kehidupan

By Tatik Ariyani, Rabu, 15 Agustus 2018 | 08:00 WIB

Intisari-Online.com - Salah satu bank terbesar di dunia, HSBC mengatakan bahwa planet ini kehabisan sumber daya.

Mereka juga memperingatkan ketidaksiapan pemerintah maupun perusahaan untuk menghadapi perubahan iklim.

Sekelompok analisis HSBC yang mengutip penelitian dari Global Footprint Network (GFN) mengatakan bahwa dunia menghabiskan seluruh anggaran sumber daya alamnya untuk tahun ini pada tanggal 1 Agustus.

Menurut analisis GFN, hal ini berarti bahwa penduduk dunia menggunakan semua sumber daya di Bumi untuk tahun ini hanya dalah tujuh bulan.

Menurut tim analisis HSBC, temuan ini menunjukkan bahwa banyak bisnis dan pemerintah tidak cukup siap untuk menghadapi dampak iklim atau penggunaan sumber daya alam secara efisien.

Baca Juga: Tak Ada Tempat Latihan, Timnas U-23 Vietnam Terpaksa Latihan di Jalanan dan di Pabrik

Baca Juga: Gunung Everest Dipenuhi 12.700 Kg Tinja, Ini Solusi Membersihkannya! Ternyata Cukup Simpel Lho

Banyak bank dan menajer aset telah mulai memperhitungkan risiko iklim ke dalam pengambilan keputusan mereka.

Langkah ini sebagian dipicu oleh mantan Walikota New York, Michael Bloomberg.

Namun, sangat sedikit bank multinasional yang memperhitungkan risiko perubahan iklim secara eksplisit dalam penelitian ekuitas mereka.

Untuk memperhitungkan anggaran sumber daya alam di Bumi, GFN mempertimbangkan permintaan sumber daya alam (yang meliputi makanan, hutan dan produk laut) serta dampak manusia terhadap lingkungan yang mencakup faktor-faktor seperti emisi karbon.

Baca Juga: Mengenal 'Alat Ajaib' di Balik Google Street View yang Biasa Kita Lihat

Earth Overshoot Day (titik dalam satu tahun di mana kita menggunakan sumber daya senilai satu tahun) telah terus bergerak maju sejak pertama kali GFN melacaknya.

Catatan HSBC juga memperingatkan tentang peristiwa ektrem akibat panas, termasuk kebakaran hutan di Skandinavia dan catatan suhu yang tak tentu di seluruh dunia.

HSBC mengatakan bahwa karena para ilmuwan bekerja pada analisis pengaitan untuk peristiwa tertentu, konsensus umum adalah bahwa perubahan iklim membuat peristiwa ini lebih mungkin terjadi dan lebih parah.

Efek prediksi perubahan iklim mulai menjadi nyata.

Baca Juga: Tragedi Jonestown, Saat 912 Orang Memilih Lakukan Bunuh Diri Massal

Kebakaran hutan telah menggoncang California dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi bagian dari tren yang memburuk terkait dengan meningkatnya suhu global.

Konsekuensi lainnya termasuk peningkatan frekuensi badai dan banjir, melelehnya lapisan es dan jumlah gelombang panas yang lebih besar.

Studi terbaru menunjukkan bahwa suhu global pada tahun 2100 bisa mencapai 15% lebih tinggi daripada proyeksi tertinggi dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim.

Menurut HSBC, peristiwa ekstrem memiliki biaya ekonomi dan sosial yang parah.

Dalam pandangan mereka, adaptasi akan bergerak lebih jauh ke agenda dengan fokus yang tumbuh pada konsekuensi sosial.

Baca Juga: Bukan iPhone X, Inilah Ponsel yang Harga Jualnya Paling Mahal, Akan di Jual di Indonesia Juga Lho