Inilah Jumlah Kekayaan Konglomerat yang Menyetor Rp1 Triliun di Detik-detik Terakhir Tax Amnesty

Moh Habib Asyhad

Penulis

Menilik Kebijakan 'Tax Amnesty' di Negara Lain, Berhasilkah?

Intisari-Online.com -Ada yang menarik di detik-detik terakhir tax amnesti. Di momen-momen persiapan penutupan program itu, tiba-tiba muncul seorang konglomerat kaya raya yang menyetor tiga surat pernyataan harta dengan nilai tebusan mencapai Rp1 triliun.

(Dampak 'Tax Amnesty': Pasar Modal Indonesia Kalahkan Singapura dan Malaysia)

Nominal yang begitu besar untuk satu orang wajib pajak ini menggugah rasa penasaran, berapa harta yang dia miliki?

Kompas.com lantas melakukan simulasi penghitungan uang tebusan. Adapun cara penghitungan uang tebusan yaitu tarif (sesuai periode dan program) dikalikan dengan dasar pengenaannya.

Merujuk undang-undangnya, pada periode ketiga ini, tarif untuk program deklarasi dalam negeri dan repatriasi sebesar 5 persen. Sedangkan untuk program deklarasi luar negeri, tarif yang dikenakan sebesar 10 persen.

Lihat video berikut:

Adapun dasar pengenaannya dihitung dari nilai harta bersih tambahan, yaitu nilai aset tambahan dikurangi nilai hutang tambahan. Atau nilai harta bersih yang dilaporkan di SPH dikurangi dengan nilai harta bersih Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak (SPT Pph) terakhir.

Kompas.com lantas mencoba mengonfirmasi hal tersebut kepada Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat, Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan, Hestu Yoga Saksama. Tetapi, sesuai dengan ketentuan perundang-undangannya, identitas maupun informasi dalam SPH merupakan kerahasiaan.

(Ingin Ikut 'Tax Amnesty'? Inilah Daftar Harta Kekayaan yang Perlu Kita Laporkan

“Tetapi biasaya wajib pajak yang ikut tax amnesty tidak hanya repatriasi saja, bisa deklarasi juga, dan bisa kombinasi deklarasi dalam negeri dan luar negeri,” kata Hestu Minggu (2/4).

Lebih lanjut Hestu mengatakan, jika asumsinya si konglomerat tadi mengikuti deklarasi atau repatriasi, maka harta bersih tambahan yang menjadi dasar pengenaan tarif yaitu sebesar Rp20 triliun. Sehingga, uang tebusannya yaitu 5 persen dikalikan Rp20 triliun, sama dengan Rp1 triliun.

Sementara itu, apabila yang diikuti adalah program deklarasi luar negeri, maka harta bersih tambahan yang menjadi dasar pengenaan tarif yaitu sebesar Rp10 triliun. Sehingga, uang tebusannya yaitu 10 persen dikalikan Rp 10 triliun, sama dengan Rp 1 triliun.

“Jadi antara Rp 10 triliun - Rp 20 triliun,” kata Hestu menyebut harta tambahannya. Tentu saja, harta total si konglomerat tersebut hanya yang bersangkutanlah yang tahu, dan mungkin otoritas pajak.

Artikel Terkait