Find Us On Social Media :

Para Pemain Keturunan Tionghoa Pernah Bawa Timnas Indonesia Berjaya

By Yoyok Prima Maulana, Senin, 3 April 2017 | 09:00 WIB

Timnas Hindia Belanda 1938

Begitu juga dengan Phoa Sian Liong, pemain timnas kelahiran Pasuruan 26 Januari 1931. Dia dikenal ulet dan serb bisa. Pemain yang memperkuat timnas selama 10 tahun dan tampil di 103 pertandingan timnas itu itu tak pernah mengeluh ditempatkan di beberapa posisi. Termasuk penjaga gawang cadangan.

Sama halnya dengan Harry Tjong. Kiper timnas era kepelatihan Tony Poganick itu dikenal tak mudah menyerah dan selalu tampil dengan kemampuan terbaiknya. Dalam latihan selalu disiplin dan berani.        BERAWAL DARI VREEMDE OOSTERLINGEN

Surabaya bisa dikatakan sebagai cikal bakal kota yang melahirkan pebola-pebola keturunan Tionghoa. Sejak awal 1900-an di Kota Pahlawan itu sudah berdiri klub sepak bola yang diperkuat para pemain keturunan Tionghoa. 

Hal itu muncul tak lepas dari kebijakan pembedaan golongan masyarakat ke dalam tiga kelas oleh Hindia Belanda pada tahun 1855. Waktu itu masyarakat dipisahkan menjadi tiga yaitu Belanda (Eropa), Vreemde Oosterlingen (Timur asing) dan Inlander (Pribumi).

Sesudah itu di wilayah lain kemudian bermunculan klub-klub sepak bola warga keturunan Tionghoa. Ambil contoh UMS Batavia, BRC Buitenzorg (Bogor), YMC Bandung, Union dan TNH Semarang.

Meski begitu, kekuatan sepak bola Tionghoa Surabaya tetap yang terbaik. Ketika ada kejuaraan CKTH (Comite Kampioenswedstrijden Tiong Hoa) dan Hwa Nan Voetbal Bond sering kali dimenangkan oleh Tionghoa Surabaya. Di antaranya pada tahun 1916, 1917, 1922, 1924, 1926, 1928, 1930, dan 1932.

Tan Chin Hoat, Kauw Sing, Hian Gwan, Sie Liong adalah nama-nama tenar pemain Tionghoa pada saat itu. Khusus untuk Chin Hoat sempat menjadi benteng pertahanan tim nasional Hindia Belanda (NIVB) di Olimpiade Timur Jauh di Manila (1934).

Di dekade 1950-an, memunculkan nama-nama lain seperti The San Liong, Beng Ing Hien dan Phoa Sian Liong. Mereka membela Tionghoa Surabaya dan juga Persebaya Surabaya. (Hanif Marjuni, Wartawan Sepak Bola)