Penulis
Intisari-Online.com - Sekolah di lokalisasi prostitusi Alas Karet (Alaska ) Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah, ini tidak seperti sekolah lain pada umumnya.
Selain tempat belajar yang sangat sederhana, semua siswanya adalah pekerja seks komersial (PSK). Sekolah itu buka setiap minggu sekali. Pengajarnya berasal dari relawan kesehatan, dokter dan perajin.
(Tetangga Bejat Ini Rela Menjerumuskan Gadis 16 Tahun untuk Menjadi PSK di Bali)
Pengurus lokalisasi Alaska, Bejo, menjelaskan, sekolah untuk penghuni lokalisasi prostitusi ini sudah berdiri sejak tahun 2013.
Pendirinya adalah pengurus lokalisasi dan LSM Gra Metra. Awalnya, materi yang diajarkan untuk peserta didik adalah kesehatan dan bahaya virus HIV/AIDS.
“Tapi kemudian berkembang. Hal ini disebabkan banyak relawan yang mau menyumbangkan ilmunya," kata Bejo, Minggu (26/3/2017).
(Selama 12 Tahun, Mantan PSK Ini Mengaku Telah Tidur dengan 10 Ribu Pria yang Mayoritas Sudah Menikah)
Bejo menambahkan, kegiatan belajar dan mengajar di sekolah itu digelar pada Minggu, mulai pukul 09.00 hingga 12.00. Jumlah siswanya sebanyak 30-an orang.
Salah satu siswa, Dewi Sandrawati, menilai sangat banyak manfaat ikut sekolah setiap Minggu di lokalisasi prostitusi itu. Ia bisa mengetahui jenis penyakit menular, terutama HIV/AIDS.
Selain itu, ia juga mendapat tambahan ilmu tentang undang-undang kekerasan dalam rumah tangga.
(Carmen Munoz, Si Mantan PSK yang Mendirikan Penampungan untuk Mantan PSK Lainnya)
“Pernah juga, kami mendapat pelajaran membatik," katanya.
Dewi berharap, semua penghuni lokalisasi bisa memanfaatkan sekolah ini. Sebab, masih ada PSK yang malas-malasan. Kadang ikut, kadang tidak.
Alaska dan Gambir Langu
Salah satu relawan dari Forum Komunikasi Peduli Batang (FKPB), Sunarti, mengaku selain Alaska, sebenarnya sekolah PSK juga didirikan di lokalisasi prostitusi Gambir Langu (Gbl) Kaliwungu, Kendal. Namun, ketika ditinggalkan oleh LSM Gra Metra, sekolah itu mati suri.
“Kalau di Alaska, terus berlanjut karena pengurusnya aktif mencari pengisi materi atau gurunya," kata Sunarti.
Sunarti mengaku dirinya akan melakukan pendekatan dengan pengurus lokalisasi prostitusi Gbl supaya bisa mngaktifkan kembali sekolah untuk PSK.
“Tiap hari Rabu, di Gbl ada pemeriksaan rutin kesehatan PSK. Nanti akan kami manfaatkan untuk sekalian pemberian materi,” ujarnya.
Senada dengan Sunarti, petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, Agus, mengaku mati surinya sekolah PSK di Gbl setelah ditinggal oleh LSM Gra Metra. Ia berharap, relawan dari FKPB bisa mengaktifkan kembali sekolah tersebut karena sangat bermanfaat.
“Kan penghuni Gbl bisa mendapat tambahan ilmu. Mulai dari ilmu kesehatan, hukum, kerajinan dan sebagainya,” tambahnya.
Ia menjelaskan, jumlah PSK di Gbl Kaliwungu ada sekitar 200 orang. Mereka tidak hanya dari Kendal, tetapi juga dari luar daerah.
“Kalau lokalisasi Gbl ini terbagi menjadi 2, yakni Semarang dan Kaliwungu, Kendal. Sebab, letaknya di batas kota,” ujarnya.
(Slamet Priyatin)