Penulis
Intisari-Online.com – Donald Trump adalah Presiden ke-45 AS yang menuai kontroversi. Bagaimana tidak, salah satu kebijakannya adalah melarang masuk warga dari negara-negara muslim seperti Iran dan Libya ke Negara Paman Sam ini.
(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)
Tetapi di sisi lain, Pangeran sekaligus menteri pertahanan Arab Saudi Mohammed bin Salman memberikan pendapat yang menyetujui kebijakan Trum. Salah satu penasehat senior untuk Pangeran Arab ini berkata bahwa pertemuan yang dilakukan di AS pada tanggal 13 Maret 2017 ini merupakan titik balik sejarah bagi kedua negara.
Pihak Arab Saudi menyetujui bahwa saat Obama melakukan perjanjian nuklir dengan Iran hubungan kedua negara sempat buruk. Akan tetapi kini “semua berjalan ke arah yang benar”, baik dalam politik, keamanan, hingga ekonomi.
(Baru Satu Hari di China, Raja Salman Sudah Tandatangani Kesepakatan Senilai Rp845 Triliun)
Saat perjanjian nuklir dilakukan, regional Timur Tengah cukup tegang dan salah satu yang mengkritik Iran secara vokal adalah Arab Saudi. Kini baik Trump maupun Pangeran Mohammed menyetujui bahwa Iran melakukan gerakan ekspansi di Timur Tengah dianggap mendukung organisasi teroris seperti Hezbollah dan ISIS.
“Arab Saudi tidak percaya bahwa pelarangan imigrasi menargetkan khsusu pada negara-negara muslim atau agama Islam,” ungkap penasehat Pangeran Mohammad. Ia juga mengatakan bahwa langkah ini merupakan keputusan yang menargetkan pencegahan teroris agar tidak masuk ke AS.
Bahkan Pangeran juga merasa puas dengan sikap positif beserta klarifikasi yang diberikan Trump terhadap Islam. “Presiden Trump belum pernah dan memiliki minat serius untuk bekerjasama dengan dunia Muslim hingga mencapai kepentingannya, Pangeran Mohammed menganggap dirinya sebagai teman sejati para Muslim,” tambah penasehatnya.
(Istiqlal Jadi Masjid Pertama di Luar Arab Saudi yang Dihadiahi Kiswah Kakbah oleh Raja Salman)
Secara lengkap kebijakan yang ingin kembali diajukan oleh Trump akan melakukan pelarangan imigrasi bagi 6 negara yakni, Suriah, Iran, Libya, Somalia, Sudan, dan Yemen. Alasan utama pria yang dikenal sebagai konglomerat real estate ini adalah untuk melindungi negara dari masuknya teroris asing ke AS.
Apabila mencari akar dari histeria terorisme di AS maka penyerangan 9/11 menjadi jawabannya. Pengeboman yang dilakukan 19 teroris ini menewaskan 2.977 korban jiwa di tiga daerah berbeda dengan cara membajak pesawat.
World Trade Center di New York, Pentagon di Washington, dan Shanksville, Pennsylvania menjadi tiga daerah yang mengalami tragedi ini. Para pengebom bunuh diri ini berasal dari beragam negara yaitu 15 orang dari Arab Saudi, dua dari Uni Emirat Arab, satu dari Mesir, dan satu dari Lebannon.
Perang melawan teror yang dilakukan AS tidak hanya berhenti di Afghanistan, al-Qaeda masih memiliki beberapa jaringan dan Isis menjadi sebuah ancaman baru.
Kebijakan pelarangan imigrasi ini menjadi salah satu program menonjol yang menuai kontroversi hingga dikritik oleh pihak lawan seperti para anggota partai Demokrat. Mereka menganggap bahwa Presiden yang baru terpilih akhir 2016 ini tidak mencantumkan warga negara yang terlibat pada insiden 9/11 seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Akan tetapi pemerintahan Trump di Gedung Putih berargumen bahwa pelarangan imigrasinya tertuju pada aktivitas Isis dan al-Qaeda sehingga 6 negara tertentu dipilih.
Selain kebijakan ini Trump juga menarik perhatian dunia saat ingin membangun tembok pembatas antara Meksiko dan AS. Kebijakan yang telah direncanakan sejak ia mencalonkan Presiden ini pun seakan dibicarakan saat Trump dan Pangeran Mohammed melakukan diskusi keberhasilan Arab dalam membangun pagar. Karena pembatas yang memisahkan Arab dengan Irak ini Kerajaan dapat mengantisipasi imigran ilegal dan operasi penyelundupan.
Pada akhirnya cukup mengejutkan bagaimana Pangeran Mohammed menganggap Trump sebagai “teman sejati para Muslim”. Menurut penasehatnya pun ia menambahkan bahwa banyak media yang membelokkan fakta, mengambil konteks pernyataan yang tidak berhubungan kemudian memberikan komentar dan analisa.