Terbiasa Hidup Susah, Bung Karno Pun Jadi 'Penyelundup' Saat Diasingkan ke Flores

Ade Sulaeman

Penulis

Dengan cara itu Bung Karno dan keluarganya pun bisa memenuhi kebutuhan sehar-hari meski tetap harus hidup sangat sederhana.

Intisari-Online.com -Pada tahun 1930-an akibat kegiatan politik yang membahayakan pemerintahan kolonial Belanda, Soekarno (Bung Karno) ditangkap dan kemudian dinaikkan kereta api menuju Surabaya.

Setiba di Surabaya, Bung Karno sempat bertemu dengan kedua orangtuanya untuk berpamitan karena Bung Karno esok harinya bersama istrinya Inggit Ganarsih, ibu mertua dan seorang pembantu akan diasing ke Ende, Flores.

Ketika Bung Karno dan keluarganya dinaikkan kapal barang yang akan berlayar ke Flores, mereka dimasukkan ke sebuah kamar kelas dua dekat kandang ternak.

Tiba di Ende yang merupakan kampung nelayan, kedatangan Bung Karno dan keluarga kecilnya sangat dirahasiakan mengingat statusnya sebenarnya adalah tahanan terbuka.

Baca juga:Masa Kecil Bung Karno, Punya Kekuatan Supranatural tapi Lenyap Setelah Hobi Berpidato

Kehidupan Bung Karno bersama keluarganya di sebuah rumah kecil ditanggung Belanda dengan tunjangan sekitar 10 dollar AS tiap minggunya.

Dengan uang yang sangat terbatas itu kehidupan Bung Karno memang sangat pas-pasan. Misalnya, untuk membeli kelambu tempat tidur saja tidak sanggup.

Di kawasan Ende yang kehidupan masyarakatnya masih terbelakang, saat itu banyak sekali nyamuk yang bisa menyebabkan penyakit malaria.

Bung karno sendiri akhirnya terserang penyakit malaria hingga akut.

Baca juga:Akibat Dipenjara di Sukamiskin Bung Karno Biasa Makan Cepat dan Lebih Suka Tidur di Atas Lantai Meski Sudah Jadi Presiden

Karena tidak sanggup membeli kelambu, Bung Karno diam-diam minta tolong awak kapal yang sedang berlayar dari Jawa untuk menyelundupkan kelambu.

Para awak kapal yang sangat bersimpati kepada perjuangan Bung Karno itu, diam-diam berhasil menyelundupkan kelambu yang kemudian diserahkan kepada Bung Karno.

Bung Karno pun kemudian jika butuh barang yang sulit dicari di Flores selalu minta diselundupkan dan para awak kapal pun bersedia melakukannya dengan senang hati.

Suatu kali oleh kapten kapal, Bung Karno bahkan akan diselundupkan ke Jawa agar bisa bertemu dengan rekan-rekan seperjuangannya.

Baca juga:Surat Bung Karno dari Penjara Sukamiskin: Saat Bung Karno Merasa Dirinya Jadi Penyembah Larangan dan Suruhan

Tapi Bung Karno menolak karena dirinya pasti akan tertangkap dan bisa diasingkan lagi ke tempat yang lebih jauh.

Bung Karno pun tetap berusaha meneruskan perjuangan memerdekaan RI dari Ende dengan segala keterbatasannya.

Meski setiap hari kehidupannya serba terbatas dan selalu kekurangan uang.

Tapi untuk mencari tambahan penghasilan, Bung Karno selalu punya banyak akal.

Ia lalu membantu memasarkan bahan-bahan kain tekstil dari Bandung untuk dijual di Flores.

Bung Karno bahkan memasarkan sendiri bahan kain itu secara door to door dan bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan.

Dengan cara itu Bung Karno dan keluarganya pun bisa memenuhi kebutuhan sehar-hari meski tetap harus hidup sangat sederhana.

Untuk memenuhi kebutuhan sayuran, Bung Karno ternyata bisa menanam sendiri di pekarangan rumah.

Sedangkan untuk lauk berupa ikan, Bung Karno sering diberi teman-temannya yang bekerja sebagai nelayan.

(Sumber : Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,Cindy Adams, Media Pressindo, 2014).

Baca juga:6 Foto Mengerikan yang Pernah Tertangkap Oleh Kamera 'Drone'

Artikel Terkait