Find Us On Social Media :

Kenapa Warna Bulu Panda Hitam dan Putih? Ilmuwan Ini Berhasil Mengungkap Rahasianya

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 15 Maret 2017 | 11:00 WIB

Jia Jia si panda

Intisari-Online.com - Mungkin kita sering bertanya-tanya, kenapa warna bulu panda hitam dan putih? Apakah warna itu muncul secara tiba-tiba atau memang ada fungsinya?

Baru-baru ini, beberapa ilmuwan dari University of California dan California State University berhasil mengungkap rahasia di balik warna misterius tersebut. Dalam penelitian itu ditemukan, warna putih digunakan untuk kamuflase sepanjang tahun selain untuk keperluan komunikasi.

(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)

Mereka juga membandingkan warna bulu panda dengan spesies beruang lain. Lalu, mereka mencocokkan bulu dengan variabel ekologi serta perilaku panda.

Melalui perbandingan ini, peneliti menemukan bahwa tubuh, wajah (tidak termasuk mata dan telinga), leher, perut, dan pantat panda berwarna putih sebab digunakan untuk membantu bersembunyi di habitat bersalju.

Sementara warna hitam digunakan untuk membantu menyamarkan dari daerah teduh, seperti hutan tropis.

(Pan Pan, Panda yang Berperan Besar pada Populasi Panda Dunia, Meninggal di Usia 31 Tahun)

Mereka percaya, warna hitam dan putih juga disebabkan oleh pola makan yang buruk. Panda hanya memakan bambu dan tidak mampu mencerna banyak tanaman.

Artinya, panda tidak pernah bisa menyimpan cukup lemak untuk hibernasi selama musim dingin seperti yang dilakukan spesies beruang lain. Panda harus aktif sepanjang tahun, dan berpindah di habitat yang berbeda.

Yang menarik adalah, warna hitam pada muka panda justru tidak digunakan untuk menyamarkan diri dari predator. Peneliti menduga, pola pada muka panda justru berfungsi untuk berkomunikasi.

Lingkaran hitam di muka membantu mereka mengenali satu sama lain atau merupakan sinyal agresivitas terhadap kompetitor mereka.

“Rumit memahami mengapa panda punya motif warna demikian sebab hampir tak punya kesamaan dengan mamalia lain,” kata Profesor Tim Caro, peneliti Departement of Wildlife, Fish and Conservation Biology UC Davis kepada Daily Mail, Jumat (3/3).