Penulis
Intisari-Online.com – Agar lebih jelas, pertumbuhan badan yang kita bicarakan di sini parameternya adalah ukuran fisik. Teridir dari tinggi badan, berat badan, dan ukuran lingkar kepala.
Umumnya, fase pertumbuhan dan perkembangan anak di bagi menjadi tiga. Sejak anak lahir hingga berusia tiga tahun, kedua ketika anak menginjak 3-9 tahun, dan terakhir saat ia berusia 10 tahun hingga memasuki masa pubertas.
(Jangan Sampai Anak Tidak Sarapan Sebelum Sekolah Jika Tidak Ingin Belajarnya Terganggu)
Nah, pertumbuhan badan anak ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama adalah bakat genetik dari kedua orangtua. Meskipun begitu, dalam perjalanannya ada juga faktor lain yang mempengaruhinya. Apa saja ya? Berikut selengkapnya:
1. Kesehatan anak
Anak yang masih berusia balita masih rentan terkena infeksi karena sistem imunya belum terbentuk dengan sempurna. Alhasil si kecil mudah terserang batuk, diare, pilek, dan penyakit infeksi lainnya.
Loh, memangnya apa pengaruh kesehatan anak pada pertumbuhan badannya? Nah, jika anak seringkali terserang penyakit, hal ini dapat menyebabkan penurunan berat badan akibat penyakitnya sendiri.
Lalu, bila stagnansi berat badan ini berlangsung dalam waktu cukup lama, 3-6 bulan berturut-turut misalnya, maka kondisi ini dapat menghambat pertumbuhan tinggi dan lingkar kepalanya.
(Benarkah Tas yang Terlalu Berat Dapat Menghambat Pertumbuhan Anak??)
2. Nutrisi yang diasupnya
Sebenarnya, anak tak perlu diberi suplemen bila telah menerapkan menu seimbang atau balance diet yang tepat. Untuk menunjang pertumbuhan badannya, setiap anak perlu mendapatkan asupan karbohidrat, lemak, protein, dan didukung oleh berbagai jenis vitamin dan mineral secara seimbang.
Nah, akan lebih baik bila sumber makanan harian si kecil bervariasi. Misalnya, untuk memenuhi asupan karbohidrat, kita bisa membuat variasi dari berbagai sumbernya. Selain nasi contohnya pasta, kentang, singkong, dan lain-lain.Variasi makanan ini tak hanya mencegah kebosanan, tapi juga agar nutrisi yang diteruma anak lebih seimbang.
3.Suplemen bila diperlukan
Ingat, pemberian suplemen tidak mutlak bila anak telah menjalankan balance diet dengan tepat. Pemberian suplemen yang berlebihan justru akan menyebabkan masalah baru. Ia akan mengakibatkan kondisi hipervitaminosis yang disebabkan karena ada beberapa vitamin yang tidak dapat dikeluarkan secara langsung apabila tidak terpakai.
Kalau vitami B dan C akan keluar dari tubuh bila tidak terpakai. Namun, vitamin A, D, E, dan K tak begitu. Ia akan tertimbun di dalam jaringan lemak. Nah, timbunan inilah yang akan menyebabkan beragam efek samping pada hati dan ginjal. Pencernaan anak juga bisa terganggu bila kelebihan vitamin E. Sedangkan kelebihan vitamin K akan menyebabkan rasa mual.
4. Aktivitas fisik berperan penting
Bukan hanya orang dewasa saja yang harus aktif secara fisik, anak-anak pun demikian. Nah, tanpa disadari, sekadar memanjat, berlari-larian, berenang, main sepeda, dan sebagainya
. Aktivitas fisik ini akan melatih otot dan elastisitas tulang-tulang. Apalagi jika dilakukan di bawah sinar matahari pagi. Sebab kalsium membutuhkan vitamin D aktif untuk terserap baik oleh tulang.
5. Mesti cukup tidur
Beberapa anak mungkin gemar tidur larut. Padahal, tidur malam amat penting untuk pertumbuhan badan, terutama tinggi badan. Tubuh manusia mengandung growth hormone yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan dan regenerasi sel. Nah, hormon ini hanya bekerja di malam hari ketika anak-anak berada pada fase tidur dalam. Kalau kurang tidur tentunya akan mempengaruhi sistem kerja hormon ini. Sebaiknya, anak tidur pada pulul sembilan malam dan bangun pada pukul enam pagi.