Find Us On Social Media :

Musuh Dunia Itu Bernama Kelaparan dan Kemiskinan

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 7 Maret 2017 | 12:00 WIB

Musuh dunia itu bernama kelaparan dan kemiskinan

Intisari-Online.com - Kelaparan dan kemiskinan setidaknya telah membunuh 110 orang di Somalia dalam dua hari terakhir. Kelaparan juga membuat 50 ribu anak-anak di sana berada di ambang kematian.

Perdana Menteri Somalia, Hassan Khaire, Sabtu (4/3) sore waktu setempat mengumumkan, 110 orang telah meninggal akibat kelaparan selama dua hari di wilayah Bay. Kemarau panjang telah melanda hampir seluruh Somalia, dan paling parah terjadi di bagian barat negara itu.

(Air Mata Gelandangan yang Kelaparan Mengubah Hidup Narayanan Krishnan)

Pengumuman bencana nasional sejatinya sudah diserukan sejak 28 Februari kemarin.

Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya telah mengumumkan, lima juta penduduk negara yang terletak di Tanduk Afrika itu membutuhkan bantuan pangan darurat. Ribuan orang telah tiba Mogadishu, ibu kota Somalia, untuk mencari pertolongan darurat.

Sebanyak 7.000 orang mengalir ke sebuah lumbung persediaan pangan, namun stok sangat tipis.

Somalia adalah satu dari empat negara—selain Nigeria, Sudan Selatan, dan Yaman—yang mendapat dana 3,6 miliar poundsterling atau sedikitnya Rp60 triliun untuk mengatasi kelaparan. Pada Februari, organisasi Save the Children menyebut bahwa Somalia tengah berada pada “titik kritis”.

Krisis pangan kali ini menjadi yang paling buruk, lebih buruk dibanding kelaparan yang terjadi pada 2011 silam. Tahun itu, sekitar 260 ribu jiwa menjadi korban dari bencana kelaparan terburuk itu.

Sementara bencana kelaparan kali ini, menurut laporan Save the Children, telah memberi dampak kepada sekitar 12 juta orang dengan 50 ribu anak-anak berada di ambang kematian. Tak hanya itu, sekitar 363 ribu anak-anak juga kekurangan gizi akut.

“Mereka memerlukan perawatan segera dan dukungan nutrisi, termasuk 71.000 yang mengalami kekurangan gizi akut,” kata sebuah badan Amerika Serikat baru-baru ini.

Korban tewas di Somalia terjadi di tengah peringatan bahwa 100 juta orang di seluruh dunia sedang menghadapi kekurangan gizi akut dan risiko mati akibat kelaparan.

Bukan diktator bertangan besi, musuh dunia itu kini bernama kelaparan dan kemiskinan.