Sekarang Ini Kita Tinggal di Zaman Geologi Baru Bernama 'Meghalayan'

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Perubahan inilah yang menandai melemahnya kondisi monsun atau angin yang berhembus secara perioden dari waktu ke waktu.

Intisari-Online.com- Menurut pakar geologi, saat ini kita sedang berada di pertengahan zaman geologi baru, namanya Meghalayan.

Dalam keterangan International Union of Geological Sciences (IUGS), Meghalayan dimulai sejak 4.200 tahun lalu.

Di mana saat itu terjadi kekeringan global yang menghancurkan seluruh peradaban di bumi.

Meghalayan merupakan zaman paling baru yang diklasifikasikan dalam seri atau kala Holosen.

Baca Juga:Terlalu Mengandalkan Teknologi, Pasukan Khusus AS Bisa dengan Mudah 'Dilumpuhkan' Pasukan Khusus TNI

Seperti pengumuman yang dirilis IUGS pada Jumat (13/7/2018), artinya seri Holosen memiliki tiga tahapan umur geologi.

Seri Holosen tertua disebut Greenlandian, terjadi sekitar 11.700 sampai 8.326 tahun yang lalu.

Holosen tengah disebut Northgrippian, terjadi sekitar 8.326 tahun sampai 4.200 tahun yang lalu.

Terakhir adalah Meghalayan yang dimulai pada 4.200 tahun lalu sampai sekarang.

Baca Juga:9 Alasan Mengapa Vladimir Putin Jadi Salah Satu Pemimpin yang Paling Ditakuti Dunia

Dilansir Live Science, Rabu (18/7), ahli geologi telah membagi dan menamai semua sejarah bumi sejak 4,54 miliar tahun lalu secara sistematis dan memuatnya dalam International Chronostratigraphic Chart.

Semuanya telah dikelompokkan sesuai dengan skala waktu geologi.

Berturut-turut skala waktu geologi dari yang terlama sampai terpendek adalah eon atau kurun, era atau masa, periode, dan kala/seri.

Menurut para ahli, saat ini kita berada di eon Fenerozoikum, era Kenozoikum, periode Kuarter, dan seri Holosen Meghalayan.

Baca Juga:Berhasil Contek Rudal Udara Buatan AS, Kini Iran Siap Menggunakannya Untuk Menggempur Israel

Dalam keterangan yang disampaikan IUGS lewat unggahan twitter mereka, zaman Meghalayan terjadi pada 4.250 tahun yang lalu sampai saat ini.

Sebelumnya, IUGS mengatakan bahwa Meghalayan terjadi sejak 4.250 tahun lalu sampai tahun 1950. Namun, pernyataan itu telah diralat oleh mereka.

Sebagai informasi, keterangan twit tersebut salah.

Baca Juga:Rendam Kaki dengan Ramuan Ini, Racun dalam Tubuh hingga Stres Dapat Segera Diatasi!

Seperti kita lihat, IUGS mengatakan bahwa Meghalayan terjadi sejak 4.250 tahun lalu sampai tahun 1950.

Namun, pernyataan itu telah diralat oleh mereka.

"Koreksi: Greenlandian (11.700-8.326 tahun lalu), Northgrippian (8.326-4.200 tahun lalu), Meghalayan (sejak 4.200 tahun lalu).

Meghalayan masih terjadi hingga saat ini, tidak hanya sampai 1950)," tulis IUGS dalam twitnya.

Baca Juga:Kisah Presiden Soeharto Diincar Sniper Saat Berkunjung ke Bosnia, Reaksinya Tak terduga

Bagaimana caranya membagi usia bumi?

"Untuk menentukan waktu awal setiap usia bumi, kami melihat jejak kimia unik yang ditemukan dalam sampel batuan dari waktu itu. Setiap jejak berhubungan dengan peristiwa iklim yang besar," kata IUGS dalam sebuah pernyataan.

Misalnya saja Greenlandian, usia tertua dalam seri Holosen terjadi sejak 11.700 tahun lalu, saat bumi meninggalkan zaman es.

Menurut laporan BBC, Northgrippian dimulai pada 8.300 tahun lalu, saat Bumi tiba-tiba mulai mendingin, gletser di Kanada mencair dan mengalir sampai Atlantik Utara.

Baca Juga:Jarang yang Tahu, Inilah Rumah Menteri Susi Pudjiastuti, 400 Pegawai Susi Air Tinggal di Sini

Fenomena ini mengganggu arus lautan. Sedangkan Meghalayan dimulai 4.250 tahun yang lalu, saat peradaban bersejarah di seluruh dunia hancur.

Ini termasuk hancurnya peradaban Mesir, Yunani, Suriah, Palestina, Mesopotamia, Lembah Indus, dan Lembah Sungai Yangtze.

Terjadi kekeringan selama 200 tahun, kemungkinan dipicu oleh pergeseran lautan dan sirkulasi atmosfer.

Asal usul nama Meghalayan Ahli geologi memilih nama Meghalayan karena sampel batuan yang mereka analisis berasal dari Meghalaya, sebuah negara bagian di wilayah timur laut India.

Baca Juga:Kesalahan Besar Pengemudi Mobil Matik yang Sering Disepelekan, Apakah Anda Salah Satunya?

Nama Meghalaya berasal dari bahasa Hindi dan Sansekerta yang berarti rumah awan.

Dengan menganalisis stalagmit yang tumbuh di dasar Goa Mawmluh, para ahli geologi menemukan masing-masing lapisan stalagmit memiliki tingkat isotop oksigen yang berbeda atau memiliki jumlah neutron yang berbeda.

Perubahan inilah yang menandai melemahnya kondisi monsun atau angin yang berhembus secara perioden dari waktu ke waktu.

Baca Juga:Kisah Mata Hari, Mata-mata Cantik Keturunan Jawa yang Mengguncang Eropa

"Pergeseran isotop mencerminkan adanya penurunan curah hujan monsun sebanyak 20 sampai 30 persen," kata Mike Walker, profesor emeritus ilmu kuaterner di University of Wales, Inggris, yang memimpin penamaan usia bumi kepada BBC via Live Science.

Walker menambahkan, dua pergeseran paling menonjol terjadi sekitar 4.300 sampai 4.100 tahun yang lalu.

Dari angka tersebut, ahli kemudian mengambil titik tengah dimulainya masa Meghalayan, yakni 4.200 tahun lalu.

Masih kontroversi Meghalayan sudah diperkenalkan sejak enam tahun lalu, dalam studi yang terbit di Journal of Quaternary Science edisi Agustus 2012.

Baca Juga:Cek Garis Tangan Anda! Jika Ada Tanda Huruf 'V', Berarti Anda Sangat Beruntung!

Terkait penamaan dan pengukuran usia bumi, beberapa ahli geologi menyebut hal ini terlalu dini dilakukan.

Menurut mereka, masih belum terbukti jelas apakah perubahan iklim yang terjadi di masa lalu benar-benar dirasakan secara global.

Sementara itu, IUGS pernah mengatakan dalam twitternya tentang zaman Anthropocene.

Ini merupakan periode geologi yang ditandai oleh dampak dramatis manusia terhadap bumi. Namun, nama ini belum diresmikan.

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Ini Kita Tinggal di Zaman Geologi Baru, Namanya Meghalayan")

Baca Juga:Mengapa Gerhana Bulan Total pada 28 Juli 2018 Nanti Akan Berlangsung Sangat Lama?

Artikel Terkait